Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Fair Trade", Solusi Kedamaian Dunia?

19 Oktober 2018   15:56 Diperbarui: 19 Oktober 2018   17:18 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Senin siang tanggal 15 Oktober yang lalu, ada insiden penyanderaan di stasion kereta Cologne yang dilakukan oleh pencari suaka dari Syria, yang kemudian berakhir penuh darah. 4 korban luka parah termasuk pelaku. 

Sayangnya, berita-berita kejahatan yang dilakukan oleh para pencari suaka terlalu sering mewarnai berita-berita Jerman. Kebijakan Merkel, sang Kanselir, untuk membuka Jerman bagi para pencari suaka korban perang atau kerusuhan di negaranya menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. 

Sehingga, tidak mengherankan bila masyarakat Jerman banyak yang menjadi skeptis terhadap Merkel dan kebijakannya.

Hasil pilkada terakhir di negara bagian Bayern, menurunkan suara di partai saudara Merkel CSU dan mendongkrak suara partai AfD. Partai AfD ini mengusung kebencian terhadap para pencari suaka dan orang asing pada umumnya.

Adakah yang bisa dilakukan oleh negara-negara kuat ini untuk meredam perang dan mengusung perdamaian dunia? Demikian tingginya jumlah pencari suaka, yang ingin masuk Jerman atau negara-negara ekonomi kuat adalah bukti adanya ketimpangan perekonomian dunia. 

Di Calais, para pencari suaka dari Eritrea, Syria, Afganistan, Sudan dll berloncatan ke dalam truk yang akan ke Inggris melalui terowongan Euro. Mereka tidak hanya berjumlah satu atau dua orang tapi puluhan sampai ratusan orang.

Penyelundupan manusia ini tidak lagi tertutup tapi sudah terang-terangan. Dalam satu hari bisa 9 nyawa melayang begitu saja karena para pencari suaka ini gagal meloncat ke dalam truk barang. 

Demikian juga di perairan sekitar perbatasan ke Eropa, nyawa-nyawa para pencari suaka setiap harinya melayang begitu saja dalam usaha mereka mencari tempat damai untuk hidup. Memang tidak menutup kemungkinan, para pencari suaka ini hanya didorong oleh perbaikan ekonomi. Namun, siapa yang dapat menyetop dorongan untuk hidup lebih nyaman dan sejahtera? Bukankah Mahatma Gandhi mengatakan bahwa; 

"dunia ini pada dasarnya mampu memenuhi kebutuhan semua manusia yang hidup di atasnya, namun bila satu orang saja serakah maka dunia menjadi tidak lagi cukup bahkan untuk satu orang serakah itu".

Fair Trade, Perdagangan Adil

Tidak sedikit politisi Jerman yang berpendapat bahwa Fair Trade adalah salah satu solusi perdamaian dunia. Lalu apa itu Fair Trade? Fair Trade adalah sebuah gerakan dagang dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan, pendapatan dan kondisi kerja yang lebih menusiawi bagi para petani dan pekerja di hulu. 

Dan pada kenyataannya saat ini, di mana-mana termasuk di Indonesia juga terjadi di mana para petani dan pekerja di hulu, sebagai penghasil komoditi adalah organ paling tidak diuntungkan dalam siklus perdagangan.

Tidak percaya? Yuk kita lihat berapa prosentase keuntungan petani dan penjahit konfeksi sebuah kaos bermerek, yang dijual seharga 29 Euro di Jerman, lihat gambar berikut di bawah ini. Maaf ya dalam bahasa Jerman, tapi akan saya jelaskan dalam bahasa Indonesia.

Sumber dari fairtrade-deutschland.de
Sumber dari fairtrade-deutschland.de
Terlihat di atas bahwa dari 29 Euro, harga jual sebuah T-Shirt bermerek di Jerman, petani dan pekerja konfeksi hanya mendapatkan 5 Euro saja atau 17% dari harga T-Shirt. Dari 5 Euro itu, petani termasuk bahan dll hanya mendapatkan 3,4 Euro dan pekerja konfeksi hanya mendapatkan 0,18 Euro. 

Sementara hampir setengah dari harga jual dikantongi oleh retailernya. Dalam hal ini, perbedaan standar hidup bukan penyebab dari timpangnya keuntungan yang didapat, karena petani dan pekerja konfeksi ini biasanya ada di negara-negara berkembang seperti Bangladesh. Masalahnya bahkan di negara para petani dan pekerja konfeksi ini, apa yang mereka dapatkan pun masih di bawah standar hidup di negaranya.

Sangat tidak adil, ya. Nah, kondisi seperti ini mendorong orang-orang dengan idealisme tinggi untuk merintis jalan untuk kebaikan para petani dan pekerja di hulu, salah satunya melalui sistem, standar dan label Fair Trade ini. 

Standar apa yang dimiliki oleh Fair Trade? Fair Trade memiliki 3 aspek utama penopang standar ini, yakni aspek sosial, aspek ekologi dan aspek ekonomi.

Sistem pun harus dibuat agar produk-produk Fair Trade tetap ada pembelinya lalu label juga penting, karena dengan label yang memiliki bentuk sekilas seperti Yin & Yang tapi berwarna hijau, hitam dan biru. Konsumen dapat dengan mudah menemukannya.

Weltladen, Toko berisi Produk Fairtrade di Jerman

Produk Fair Trade di Jerman paling banyak ditemukan di Weltladen. Weltladen kalau diterjemahkan langsung artinya Toko Dunia, ya karena memang toko ini mengkhususkan diri untuk menjual barang-barang fairtrade dari seluruh dunia. Tentu saja barang-barang, yang dijual di toko dunia ini lebih mahal dari supermarket grosir.

https://www.weltpartner.de/de
https://www.weltpartner.de/de
Tapi seperti sudah kita ketahui dari standar komoditi fairtrade dari penjelasan di atas, harus ada keadilan pendapatan yang layak juga untuk para petani dan pekerja di hulu.

Untuk itu, orang-orang yang datang ke toko dunia atau Weltladen di Jerman, secara sadar mau membayar lebih mahal karena ingin membantu para petani dan pekerja di hulu, dari mana produk dan komoditi itu berasal. 

Di dalam komunitas Weltladen ini saya mengenal arti bebas diskriminasi dan isu fair untuk semua ras, etnik, warna kulit, agama. Hanya ada satu hal yang penting menjadi pertimbangan PERDAGANGAN YANG ADIL UNTUK SEMUA MANUSIA.

Lalu produk apa yang paling laku dibeli? Ternyata kopi adalah produk yang paling laku dibeli. Kopi fairtrade yang dijual di Weltladen Jerman datang dari Afrika, Amerika Selatan dan India. Kerjasama Weltladen dengan koperasi para petani kopi ini memang memiliki sejarah panjang, karena merupakan produk tertua, yang dirintis.

Sayangnya, belum ada kopi dari Indonesia yang masuk Weltladen, padahal saya tahu Sumatra Utara, DI Aceh dan Sumatra Selatan memiliki kopi-kopi enak. Atau di Bandung ada kopi Aroma, dimana pembelinya selalu harus ngantri panjang dan mengular sampai keluar toko. Saya sangat berharap suatu hari koperasi para petani kopi di Indonesia mau bergabung untuk menjual produknya secara fair. 

Salah satu kopi fairtrade paling terkenal dan laku di kurang lebih 1000 Weltladen Jerman adalah kopi dari Burundi, Afrika. Kisah sukses kerja sama koperasi petani kopi Burundi ini dirintis dengan Jerman. 

Kesuksesan yang dibangun di sebuah negara yang saat itu dikuasai oleh seorang diktator kemudian dipercayai politisi Jerman sebagai salah satu solusi untuk menyetop migrasi para pencari suaka. Yah, bisa saja kan siapa sih yang ingin migrasi dan hidup jauh dari akarnya melalui jalan-jalan yang juga meregang nyawa, bila kondisi di tanah airnya damai, tentram dan adil dirasakan. (ACJP) 

Info lebih rinci : 

  1. fairtrade.net
  2. weltpartner.de/de

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun