PKL di Notting Hill, London dan Tanah Abang
Aura nyaman dan seru juga saya rasakan di sana, karena banyak yang dilihat. Bahkan kami makan rendang halal dulu di restoran Malaysia di Notting Hill. Campuran etnik para penjual barang antik, tekstil, kelontong dll ini sangat mencolok. Mulai dari Afrika, Asia, Eropa dan Timur Tengah ada. Tapi yang saya mau tulis di sini, walaupun satu blok jalan di Portobello road ini tertutup, tapi tidak membuat macet jalan di sekitarnya. Tidak mengurangi kualitas area publik.
Setuju bahwa PKL harus diberi tempat berjualan, tapi di mananya ini saya kira harus bijaksana dan mempertimbangkan tadi 2 butir yang disebutkan oleh Jan Gehl, evaluasi kualitas dan manfaatnya. Apakah kualitas kehidupan di Tanah Abang lebih baik ?? Lalu sekarang becak mau diperbolehkan lagi. Kalau dijaga hanya untuk daerah-daerah bebas macet saya kira tidak masalah. Tapi Ali Sadikin dulu meniadakan becak tentu ada alasannya.
Kualitas Hijau Kota
Padahal London tuh padat, hampir di setiap daerahnya penuh orang, baik itu orang lokal maupun turis. Sebagai pemilikt tube atau kereta bawah tanah pertama, menurut saya, London memulai dengan benar untuk mengatasi masalah transportasi.
Saat ini jaringan jalur tubenya sudah sepanjang 250 mil (402 km). Peta tubenya juga rumit, semua spektrum utama warna sudah dipakai untuk jalur-jalurnya. Jumlah bus kotanya ada 8000 dan beroperasi 24 jam. Sejak tahun 2003, mobil yang masuk kota London dikenakan biaya tol, yang kemudian digunakan untuk memperbaiki moda transportasi massalnya. Tak heran bila, kemacetan di London tidak sampai eskalasi separah Jakarta.
Harga tiket kendaraan umumnya pun tidak mahal lho, dengan Oyster Card berkeliling di zona 1-2 per hari maksimal hanya 6,80 hampir sama dengan di Jerman. Dengan Oyster Card bisa naik apa saja, karena system pertiketannya sudah terintegrasi antara bus, tube, kereta.