Mohon tunggu...
Kristogonus Tadeus
Kristogonus Tadeus Mohon Tunggu... Guru - mencitai kebijkasanaan

kristo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Lebih Dekat dengan Kaum Disabilitas Netra"

4 September 2023   11:46 Diperbarui: 8 September 2023   10:05 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi guru dan pendamping yang sehari-hari bertemu dan bernteraksi langsung dengan para disabilitas netra, tidak serta merta telah memahami dengan baik situasi, kondisi serta harapan para siswa-siswi disabilitas netra. Tak jarang, para guru dan pendamping cenderung mendidik atau mendampingi berdasarkan cara pandangnya sendiri.

 Akibatnya, pola pendidikan dan pendampingan cenderung memaksakan kehendak dan keinginan sang pendidik/pendamping. Keadaan siswa dinilai hanya berdasarkan apa yang terlihat  tanpa menelusuri lebih jauh keadaan mereka yang sesungguhnya. Kemudia membuat kesimpulan-kesimpulan yang melemahkan mereka.  Kurangnya kemauan untuk meningkatkan tugas dan profesionalisme, ditutupi dengan kalimat "si a lamban, si b susah mengerti, si c susah di atur" dan lain sebagainya.

Di sisi lain, kondisi dan hambatan yang dialami para disabilitas netra mengalami perubahan dari waktu ke waktu. 5 tahun belakangan ini, kondisi peserta didik disabilitas netra yang masuk dan mengeyam pendidikan di SLB A Karya Murni tidak lagi hanya memiliki satu hambatan penglihatan saja. Hampir sebagian siswa/siswi di SLB A Karya Murni saat ini memiliki lebih dari satu hambatan atau ketunaan. Seorang siswa memiliki dua hambatan atau lebih.

Ada siswa memiliki hambatan penglihatan dan hambatan mental. Ada juga hambatan penglihata, mental dan pergerakan/mobilitas. Tentu keadaan ini menambah tantangan dan kesulitan baru bagi para guru dan pendamping dalam proses pendidikan.  Bertambahnya hambatan dalam diri seorang peserta didik bertambah pula tantangan dan masalah yang dihadapi para guru/pendamping. Meningkatkan kualitas profesionalitas guru dan pendamping melalui berbagai pelatihan menjadi pilihan yang harus dilakukan.

Menyadari akan berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapi guru dan pendamping, Yayasan Karya Munri bekerjasama dengan NLR Indonesia menyelengagarakan pelatihan orientasi dan mobilitas bagi para guru dan pendamping. Dengan tema "Pelatihan Orientasi Mobilitas bagi Guru, Orang Tua dan Penanggung Jawab Panti Tunanetra" kegiatan ini diadakan di aula Yayasan KArya Murni pada 21-23 Agustus 2023. Narasumber adalah Ibu Yuni Sulistiawati yang diundang dari Yayasan Mitra Netra, Jakarta. Selama 3 hari ini para guru, orang tua dan pendamping diajak dan diharapkan untuk "lebih dekat lagi" dengan para peserta didik.

Pelatihan diisi dengan pemaparan materi, diskusi, sharing dan praktek langsung orientasi dan mobilitas. Agar bisa 'lebih dekat' dengan disabilitas netra, memahami keadaan, perasaaan dan harapan mereka,  peserta pelatihan memerankan diri menjadi tunanetra. 

Menggunakan penutup mata, para guru/pendamping menyusuri ruangan, menapaki jalan di ruang terbuka, melewati rintangan sambil menerapkan teknik yang telah dipelajari bersama. Bingung tak tahu harus kemana, menabrak objek di sekitarnya, takut, cemas, kehilangan arah adalah situasi dan perasaan yang dialami selama kegiatan tersebut.

Pengalaman ini menyadarkan para guru/pendamping bahwa menjadi disabilitas netra itu sulit dan berat. Dengan demikian, harapanya semakin menumbuhkan kepekaan dalam diri guru/pendamping akan kebutuhan peserta didik.  Sekaligus dapat menjadi alarm pengingat bagi setiap guru dan pendamping untuk lebih merasakan keadaaan mereka yang sesungguhnya. 

Rutinitas, kesibukan dan berbagai factor lain, acapkali membuat para guru/pendamping kembali pada kesalahan yang sama yakni memaksakan kehendak pribadi pada siswa. Oleh karenanya, diperlukan penyadaran yang terus menerus melalui upaya evaluasi baik secara pribadi maupun bersama.

****

Mengutip ungkapan bernas Bunda Teresa dari Calcuta, tidak semua orang bisa melakukan hal-hal besar tetapi semua orang bisa melakukan sesuatu dengan cinta yang besar. Kecederungan perilaku manusia dalam bernteraski dengan sesamanya adalah mau melakukan sesuatu jika dampaknya besar, bisa dilihat, diukur dan dirasakan langsung. Merasakan telah melakukan sesuatu jika dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan besar. Merasa diri berarti dan berguna jika mendapatkan kepercayaan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan banyak orang. Merasa diri sukses jika berhasil melakukan sebuah pekerjaan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun