Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Thank Love

6 Februari 2023   17:30 Diperbarui: 6 Februari 2023   17:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanaman hijau nampak segar dalam pot-pot cantik. Beberapa bunga mewarnai dedaunan, ditambah gemericik air kolam menambah syahdu. Aku diam di meja berbangku kayu minimalis sambil menikmati suasana. 

Tangan ini sibuk memencet keyboard handphone, berharap ada balasan dari sahabat. Sesekali kutatap ikan-ikan berenang lepas tanpa tekanan. Andai aku bisa seperti mereka.

 “Maaf enggak bisa meninggalkan kantor, masih meeting, “ balas chat yang terlihat di notifikasi. 

Kukirim stiker semangat padanya. Tak berselang, seorang gadis mungil berambut panjang membawa pesanan double expreso kesukaanku. Kucapkan terimakasih, sambil membalas senyuman itu dengan kecut. Telepon berdering, aku berbincang dengan suara putus-putus yang diakhiri chat, “masih di luar kota”. Menit demi menit berlalu. Berawal dari sendiri, terdengar riuh candatawa.

 Tak sengaja, mataku menatap pancuran air kolam.

“Dia terus memberi diri tanpa lelah. Bahkan ketika ikan-ikan sibuk dengan dunianya”. 

Pikiran melayang memahami makna alam. Keheninganku terhenyak saat terdengar suara, 

“permisi, apakah boleh berbagi meja?” tanya pria berkumis tampan itu.

Sekilas memandang ramainya pengunjung. 

“Silahkan, “ jawabku singkat. 

Pria itu menggeser kursi ke samping kanan, sambil mempersilahkan waiter laki-laki menaruh minuman beserta sepiring makanan. Terdengar kata terimakasih serta senyum manis dari wajahnya. 

Tak lama dia menawari sebelum menyantap pesanannya. Sambil memainkan gawai, dia sangat menikmati hidangan itu. Tanpa sadar aku memerhatikan gerak-geraknya. 

Tiba-tiba tenggorokan gatal, spontan batuk hingga tiada henti. Pria itu menawari minuman mineral yang belum dibukanya. Dia menunggu sampai aku tenang. Dilihat jam ditangannya, sembari pamit dari meja kami.

 Sontak hatiku terasa hangat dari dinginnya perhatian. Pikiran melayang membandingkan dia yang tak seperti itu. Membiarkan aku repot dengan urusan domestik. Kerja sampai larut malam. Tak pernah menemani berbagai acara. 

Tiba-tiba teringat cincin di jari manis sebagai lambang ikatan kami. Kami pernah berjanji akan melewati suka dan duka bersama sampai maut memisahkan.

Spontan rekaman memori masa-masa saling berbagi terlintas, kesabarannya bila aku menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai larut malam. Rela menemani belanja sampai berjam-jam.

Aku memandang ke arah pancuran air, terimakasih telah mengingatkan bahwa cinta sejati selalu memberi tanpa harap kembali. Aku bergegas meninggalkan café itu.

Ketika sampai di depan pintu, aku disambut dengan senyum,

“yuk kita makan.” 

Ternyata dia memasak beberapa menu makanan kesukaanku. 

Air mata menetes tiada henti, terasa tangan lembut itu menyeka pipi. Tubuh ini serasa dipeluk oleh cinta. 

Dengan sabar dia membetulkan kursi,  mengambilkan makanan serta melayaniku dengan lembut. Maafkan aku yang salah menilaimu dan tak tahu arti syukur. 

Akulah sang isteri beruntung itu, Jevelyn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun