* cinta Pragma (cinta abadi)
* cinta Ludus (cinta menyenangkan) dan
* cinta Mania (cinta obsesif).
Ternyata cinta, merupakan kebutuhan dasar manusia. Menurut Abraham Maslow, seorang psikologi humanistik yang memperkenalkan teori Hierarki Kebutuhan Manusia, cinta termasuk kebutuhan nomer tiga. Susunan itu dimulai dari kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow beranggapan, kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih rendah harus terpenuhi atau tercukupi dulu sebelum kebutuhan di tingkat lebih tinggi bisa memotivasi. Kebutuhan kasih sayang dapat terpenuhi dengan saling mencintai dan dicintai, yang dapat dipenuhi melalui hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, sahabat, pasangan, teman, rekan, komunitas, lingkungan sosial.
Menurut penelitian yang dipublikasikan jurnal philosophy, psychiatry & psychology, dikutip dari hello sehat, bahwa cinta dapat membuat seseorang kecanduan. Mirip dengan pecandu zat adiktif, namun kali ini kecanduan terhadap relasi romantis yang dijalani bersama pasangan.
Ketika jatuh cinta akan selalu diwarnai perasaan gembira, bersemangat, tergila-gila, yang bisa digolongkan cinta ludus (cinta menyenangkan). Sensasi menyenangkan ini, yang ingin diulangi oleh setiap pasangan.
Kadar tepat serta cara memberi dan menerima cinta yang baik, akan membuat suatu relasi sehat (healthy relation). Namun bila berlebihan atau kekurangan, akan menghasilkan relasi tidak sehat (toxic relation).
Kata "bucin" sangat ngehits di semua kalangan. Kata gaul ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan singkatan dari budak cinta. Istilah bucin kerap digunakan, untuk menandakan seseorang yang hidup berfokus pada pasangan. Hampir mirip dengan istilah, "dunia milik berdua" atau "cinta buta".
Lalu, sejauh mana individu dianggap bucin?
Melulu soal pasangan