Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Love Is Choice & Art

9 Agustus 2022   17:30 Diperbarui: 9 Agustus 2022   17:35 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : purnawarta.com

"Nggak seru loe, Nad. Semenjak jadian sama Fredly, enggak pernah nongkrong. Sekali ngumpul, ditelepon Fredly, langsung cabut" kata Jessica lantang.

"Loe itu ya, mau aja disuruh kerjain tugasnya Fredly," tambah Angel kesal.

"Bucin banget sich, Nad ...," kata Angel dan Jessica bebarengan.

Kata-kata itu berputar dipikiran Nadia, ketika malam menghampiri. Ditemani gemerlap bintang-bintang, pikirannya mencoba mengurai benang kusut itu.

Lima kata "C.I.N.T.A" menjadi fenomena unik, fun serta enggak boring buat  dikupas. Cinta memang banyak bentuknya, bila dilihat dari perspektif Yunani kuno, cinta ada delapan jenis, yaitu

* cinta Agape (cinta tak bersyarat), 

* cinta Philia (cinta penuh kasih), 

* cinta Storge (cinta keluarga)

* cinta Eros (cinta romantis)

* cinta Philautia (cinta diri sendiri)

* cinta Pragma (cinta abadi)

* cinta Ludus (cinta menyenangkan) dan 

* cinta Mania (cinta obsesif).


Ternyata cinta, merupakan kebutuhan dasar manusia. Menurut Abraham Maslow, seorang psikologi humanistik yang memperkenalkan teori Hierarki Kebutuhan Manusia, cinta termasuk kebutuhan nomer tiga. Susunan itu dimulai dari kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

Maslow beranggapan, kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih rendah harus terpenuhi atau tercukupi dulu sebelum kebutuhan di tingkat lebih tinggi bisa memotivasi. Kebutuhan kasih sayang dapat terpenuhi dengan saling mencintai dan dicintai, yang dapat dipenuhi melalui hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, sahabat, pasangan, teman, rekan, komunitas, lingkungan sosial.

Menurut penelitian yang dipublikasikan jurnal philosophy, psychiatry & psychology, dikutip dari hello sehat, bahwa cinta dapat membuat seseorang kecanduan. Mirip dengan pecandu zat adiktif, namun kali ini kecanduan terhadap relasi romantis yang dijalani bersama pasangan. 

Ketika jatuh cinta akan selalu diwarnai perasaan gembira, bersemangat, tergila-gila, yang bisa digolongkan cinta ludus (cinta menyenangkan). Sensasi menyenangkan ini, yang ingin diulangi oleh setiap pasangan. 

Kadar tepat serta cara memberi dan menerima cinta yang baik, akan membuat suatu relasi sehat (healthy relation). Namun bila berlebihan atau kekurangan, akan menghasilkan relasi tidak sehat (toxic relation).

Kata "bucin" sangat ngehits di semua kalangan. Kata gaul ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan singkatan dari budak cinta. Istilah bucin kerap digunakan, untuk menandakan seseorang yang hidup berfokus pada pasangan. Hampir mirip dengan istilah, "dunia milik berdua" atau "cinta buta". 

Lalu, sejauh mana individu dianggap bucin?


Melulu soal pasangan

Hidup selama 24 jam dan tujuh hari berkutat pada pasangan, sepanjang waktu hanya memikirkan dan melayani pasangan. Padahal  masih ada keluarga, teman, study, pekerjaan, hobi, aktivitas atau lingkungan, di luar pasangan.


Tunduk dan rela melakukan apa saja demi pasangan

Melakukan apa saja yang menyulitkan atau membahayakan bagi diri sendiri. Misalnya : mencari barang tertentu atau melakukan sesuatu yang menyusahkan, dll.


Menerima dan pasif saat disakiti pasangan

Melakukan tindakan kekerasan baik secara fisik, verbal dan emosional, namun hanya diam dan menerima semua perlakuan pasangan. 

Misal : menampar ketika bertengkar, mengeluarkan bahasa sarkasme saat argumentasi, silent treatment, dll.


Menjauh dari pergaulan

Menarik dari pergaulan juga salah satu indikator. 

Misal : jarang berkumpul dengan teman atau keluarga, sering menemani atau disibukkan pasangan, tindakan posesif pasangan bila mau berkumpul dengan teman-teman.

Seringkali tanda-tanda kebucinan ini terbaca orang sekitar, namun sang individu yang mengalami jarang menyadari tanda-tandanya. Kebucinan tidak  seperti tamu tak diundang, namun ada faktor yang mempengaruhi. 

Hal yang bisa mempengaruhi, yaitu :


Pengalaman tidak menyenangkan dalam relasi pertemanan atau dengan pasangan sebelumnya (trauma). 

Misal : pernah ditinggalkan pasangan, dikucilkan teman sehingga tidak punya teman.


Pengalaman  relasi orangtua yang serupa, 

seperti : ayah terlalu mengagumi ibu sehingga ibu dominan, tidak menghargai suami (atau sebaliknya).


Ikatan emosional kuat yang diperoleh waktu kanak-kanak dan dikembangkan sampai dewasa (gaya kelekatan/ attachment style).


Attachment style dibagi dalam secure attachment (aman) dan insecure attachment (tidak  aman) yang masih dikelompokkan lagi. 

Individu bucin, cenderung ingin punya kelekatan tinggi pada pasangan, kebanyakan pola kelekatannya anxious preoccupied attachment. Ditandai dengan pasangan yang mudah cemburu, mudah marah, posesif dan ingin pasangan selalu ada bersamanya.


Faktor lingkungan, usia, pendidikan, sosial, ekonomi atau budaya yang membuat individu takut tidak mendapatkan pasangan.


Memiliki rasa percaya diri dan penghargaan diri rendah (low self esteem). 

Misal : memiliki kekurangan dari segi fisik atau intelektual.


Merasa tidak aman (insecure) dalam menjalin relasi, sehingga menjaga secara berlebihan dengan rela berkorban apapun demi pasangan, agar tidak diputuskan.

Insecure sendiri bila ditelusuri sangat kompleks penyebabnya.


Tipe orang sulit menjalin hubungan baru dengan orang lain, sehingga mempunyai lingkup pergaulan kecil, tidak memiliki banyak teman dan cenderung membatasi diri (kurang sumber daya pendukung atau support system).


Sudah investasi banyak terhadap pasangan. 

Misal : waktu, tenaga, materi dll.


Takut tidak ada yang memperhatikan atau mencintai (kesepian).

Bucin menunjukkan relasi yang tidak sehat (toxic relation), hampir sepadan dengan kekerasan fisik (tidak menutup kemungkinan terjadi) namun lebih secara emosional. Individu yang bucin, akan sibuk memenuhi kebutuhan pasangan, justru kebutuhan diri sendiri tak terpenuhi. 

Relasi sehat adalah hubungan yang membuat masing-masing pribadi merasa aman, bahagia, bertumbuh dan mampu mengembangkan diri secara positif.

Image : Jember.pikiran-rakyat.com
Image : Jember.pikiran-rakyat.com

Kira-kira, bagaimana cara mempunyai relasi sehat? 

Tentu, dimulai dari diri sendiri. 

Perlu untuk mengenal diri sendiri (Who am I) dahulu. 

Misal : apa saja kelebihan dan kekurangan dalam diri, apa yang  disukai dan tidak, dan banyak hal lain yang perlu digali dari diri sendiri. 

Setelah itu, baru melangkah pada mencintai diri sendiri (Self Love). 

Misal : melakukan hobi berenang atau sekedar berbincang dengan teman, dll.

Setiap individu mempunyai bentuk self love masing-masing. Self love akan menumbuhkan kebahagiaan, yang dapat menghadirkan rasa percaya diri serta menghargai diri. Sehingga tidak perlu pengakuan atau perhatian berlebihan dari orang lain karena keutuhan dan keamanan diri. 

Misal : ketika pasangan sibuk, tidak langsung ngambek tapi bisa fokus pada aktivitas lain, seperti membantu ortu, membaca buku, dll.

Selain itu komunikasi dengan pasangan,  juga menjadi kunci sebuah relasi sehat. 

Bicarakan  dan diskusikan bersama pasangan dengan penuh cinta, bila ada ucapan atau tindakan yang tidak disukai dari pasangan. 

Berani menolak permintaan pasangan bila berlebihan atau melanggar privasi dengan lembut, juga cara agar tidak bucin.

So, meski bucin sebuah pilihan, hak asasi atau kebebasan setiap individu, alangkah bahagia mempunyai hubungan sehat. 

Cinta(Love)  adalah sebuah pilihan (Choice) dan seni (Art). 

Good bye bucin ... 

Welcome, Happiness Love.

Sumber :

Sebuah karya pribadi dalam lomba kepenulisan essai tentang "Merdeka dari Kekerasan" yang diadakan Yayasan Jari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun