Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rejeki tak kemana

11 Desember 2021   13:15 Diperbarui: 11 Desember 2021   13:32 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

              Aku pamit dengan keluarga Danu, ketika dijalan perutku menginginkan mie ayam. Namun aku tak menjumpai warung mie ayam yang buka, hingga ada penjual mie ayam yang buka, ternyata aku harus menelan kekecewaan akan perkataan "habis mas". Mengapa sulit mencari mie ayam malam ini, lalu apa yang akan kulakukan selanjutnya?


                Hari ini aku, di rumah sahabatku, Danu. Dia teman yang baik hati, ramah, humble serta orang yang paling sabar. Sosok perawakannya, kecil menjulang ke atas, maka tak jarang dipanggil tiang listrik. Keluarganya sangat hangat dan baik, setiap kali aku ke sana, selalu disambut seperti anak sendiri, mungkin karena aku anak kost di kota ini. Aku pun juga menganggap seperti keluarga sendiri. Mereka hanya segelintir orang yang peduli dengan orang lain di kota metropolitan ini, di mana rata-rata sebagian orang cuek dan berorientasi pada kehidupannya. 

Mulai pagi sampai malam, aku bermain di rumah Danu. Sebenarnya aku di suruh menginap, namun aku menolaknya. Aku sungkan terus menerus merepotkan karena saking seringnya menginap. Aku bilang pada mereka, sudah janji untuk menemani Arman teman kost. Akhirnya aku pamit pulang, mereka melepas kepergianku dengan ucapan 'hati-hati di jalan'.

               Suasana jalanan legang, tak seperti saat pagi atau sore hari. Tak ada suara klakson, yang membuat dada berdebar serta nadi bergerak cepat. Udara dingin merasuk, melewati jaket parasit yang kukenakan. Ketika mengendarai motor, tiba-tiba pikiran melayang pada nikmatnya mie ayam panas ditemani gorengan pangsit atau siomay. "Amboi, nikmatnya," pikirku dalam hati. 

Sebenarnya perut masih penuh setelah makan malam bersama keluarga Danu. Namun keinginan yang disambut dengan kesediaan diri untuk menikmati makanan, mengarahkanku untuk membelokkan motor ke arah mie ayam yang menjadi primadona banyak orang. 

"Yeaaah, akhirnya aku akan makan mie ayam," kata pikiranku penuh sorak sorai. 

Saat membelokkan motor ke arah ruko, terlihat sepi tak ada satu kendaraan yang parkir. Ternyata tutup mie ayam favouritku. 

Dengan sedikit kecewa, aku terdiam, "di mana lagi ada mie ayam enak, malam-malam begini". 

Hatiku tiba-tiba mendapat sebuah harapan, "bukankah lewat jalan pulang, ada mie ayam pak Soleh yang nggak kalah enak," kata diriku meyakinkan. 

              Segera aku memutar motor, lalu bergerak menuju arah jalan pulang. Udara cukup dingin sehingga mengurangi kecepatan kilometer yang biasa kugunakan, lumayan sambil menikmati pemandangan. 

Terlihat hanya beberapa kendaraan yang lewat, lampu di sepanjang jalan memberi warna dan terang kota ini. Bila biasanya, penjual berjajar di pinggir jalan, depan rumah atau toko, namun tak terlihat malam ini. Para penjual juga terlihat santai, tidak seperti biasa berjejal pembeli seperti antian basos.


               Aku lupa tak membawa kacamata, sehingga pandangan buram. Sepertinya daerah sini letak warungnya, memang aku lama tak berkunjung ke mie ayam pak Soleh. 

"Benar deretan ini, sebelah STMJ" kataku sambil memelankan laju motor. 

Aku gembira ketika melihat warung STMJ buka, namun rona kebahagiaanku segera sirna ketika melihat warung Pak Sholeh tutup. Aku berhenti tepat di depan warung itu, sambil memandangi seolah tak percaya. 

Sampai aku dikejutkan oleh suara, "tutup mas" kata seorang tukang parkir memakai topi hijau. 

"Iya pak," sahutku spontan sambil tersenyum. 

Kunyalakan motor sambil memandang warung itu sekali lagi, lalu kulajukan motor menuju jalan raya. 

Sambil di jalan, aku berpikir, "dimana lagi ada mie ayam?" 

Ketika pikiranku masih berkutat pada lokasi mie ayam yang buka, tiba-tiba dari arah samping ada motor mendekatiku seraya berkata, "jagang mas." 

Aku spontan melihat ke arah seorang bapak yang disamping sambil membetulkan penopang sepeda, serta berkata, "terimakasih." 

Motor itu membunyikan klakson, seraya berjalan mendahuluiku.

"Aku menemukannya," kataku dengan sumringah. 

"Mie ayam belokan dekat kompleks kost," begitu pikiran memberitahuku. Lokasinya pinggir jalan namun ramai pembeli, rasanya juga tak  kalah yummy. 

               Kucepatkan laju motor walaupun telapak tangan dan kaki, serasa membeku. Ketika di belokan kompleks, kupelankan sepeda dan aku gembira karena mie ayam itu buka. 

Segera kuparkir sepeda di sebelah, sontak penjual itu berkata, "habis mas." 

"Iya pak," jawabku lirih sedikit kecewa. 

"Mungkin memang hari ini banyak pembeli sehingga aku tak kebagian," pikiranku mencoba menenangkan. S

Seleramakanku serasa hilang, kemudian pikiranku mencoba memberi alternatif lain, seperti lalapan, nasi goreng, bakmi, masakan padang dan lain-lain. Aku tak menghiraukan pikiran itu, sontak aku ingin segera sampai kost. Kulajukan motor yang tinggal beberapa meter dari kost.

Image : sweetrip.id
Image : sweetrip.id
              Ketika tiba di kost, Arman menyambutku di teras depan. 

"Woiii darimana saja, sudah kutunggu sejak tadi. Cari makan yuukk, aku yang traktir," katanya sambil menepuk bahuku.

Aku hanya tersenyum, seraya menyahut, "dari Danu kerja tugas. Wahh ada yang baru menang undian nich."

"Hahaha ... amin. Bagi-bagi berkat sedikit, baru dapat rejeki dari penjualan online," kata Arman dengan logatnya. 

Arman juga orang perantauan sama sepertiku, namun dia dari luar pulau dan punya hobi jualan. Lumayan untuk menambah biaya hidup di kota metropolitan. 

"Wahh, selamat broo. Bentar lagi kau akan naik jabatan." kataku menggoda si Arman. Kami semua tertawa, lalu menuju motor. 

                Aku membonceng Arman untuk mencari lalapan bebek goreng favourit kami. Namun sayang warung itu tutup, kuceritakan pengalaman  ketika ngidam mie ayam. Kami baru mengerti bahwa ini malam Jum'at. Banyak pedagang libur pada hari kamis malam, entah karena menjalankan kegiatan keagamaan atau tradisi. 

Akhirnya kami memutuskan untuk membeli makanan yang buka. Jalanan semakin sepi, terlihat ada tenda angkringan di pinggir jalan dengan tempat cukup nyaman. Kami memutuskan untuk makan di sana. Tampak banyak muda mudi duduk bersila menikmati kopi dan makanan di tikar. 

Kami memilih varian menu, nasi kucing menjadi andalan dengan berbagai lauk pauk yang tersedia. Di samping angkringan, ada penjual kopi dan STMJ, lalu kami memesan STMJ lengkap. Kami menikmati suasana malam itu, ditemani makanan yang mengingatkan kami akan sebuah kota yang penuh seni serta sejarah. Kami ngobrol panjang lebar sampai larut malam. 

Aku baru tahu, ada suatu hikmah di balik, tak bisa makan mie ayam yaitu aku dapat menikmati suasana malam bersama teman kostku Arman. Dan yang pasti ini rejeki penjual angkringan dan STMJ. Itulah kisahku, si gendut yang doyan makan serta kuliner, Agung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun