Segera aku memutar motor, lalu bergerak menuju arah jalan pulang. Udara cukup dingin sehingga mengurangi kecepatan kilometer yang biasa kugunakan, lumayan sambil menikmati pemandangan.
Terlihat hanya beberapa kendaraan yang lewat, lampu di sepanjang jalan memberi warna dan terang kota ini. Bila biasanya, penjual berjajar di pinggir jalan, depan rumah atau toko, namun tak terlihat malam ini. Para penjual juga terlihat santai, tidak seperti biasa berjejal pembeli seperti antian basos.
Aku lupa tak membawa kacamata, sehingga pandangan buram. Sepertinya daerah sini letak warungnya, memang aku lama tak berkunjung ke mie ayam pak Soleh.
"Benar deretan ini, sebelah STMJ" kataku sambil memelankan laju motor.
Aku gembira ketika melihat warung STMJ buka, namun rona kebahagiaanku segera sirna ketika melihat warung Pak Sholeh tutup. Aku berhenti tepat di depan warung itu, sambil memandangi seolah tak percaya.
Sampai aku dikejutkan oleh suara, "tutup mas" kata seorang tukang parkir memakai topi hijau.
"Iya pak," sahutku spontan sambil tersenyum.
Kunyalakan motor sambil memandang warung itu sekali lagi, lalu kulajukan motor menuju jalan raya.
Sambil di jalan, aku berpikir, "dimana lagi ada mie ayam?"
Ketika pikiranku masih berkutat pada lokasi mie ayam yang buka, tiba-tiba dari arah samping ada motor mendekatiku seraya berkata, "jagang mas."
Aku spontan melihat ke arah seorang bapak yang disamping sambil membetulkan penopang sepeda, serta berkata, "terimakasih."