Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suasana Jalanan di Pagi Hari

5 November 2021   20:15 Diperbarui: 5 November 2021   20:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Pantas bila di klakson pengendara lain, berarti aku yang salah,” begitu ucapnya sambil tertawa tersipu-sipu. Ditarik nafasnya perlahan, lalu dihembus. Cukup membuat pikiran rileks  dan rasa dongkol itu pergi.

Image : nasional.sindonews.com
Image : nasional.sindonews.com

Nampak di depan ada stopan. Ditambah kecepatan kilometer laju motornya, dari 40 km menjadi 60 km. Namun lampu hijau segera berganti kuning, “sangat berisiko,” pikirnya, sehingga kedua tangannya segera menekan rem. Tepat sebelum zebra cross, matic pink itu berhenti. 

“Waducchh pasti lama ini, apalagi perempatan,” ucapnya dalam hati. 

Sambil menunggu lampu hijau, terdengar suara, “koran … koran … koran.” 

Kepalanya mencari arah suara itu, terlihat perempuan muda yang berambut pendek, bertubuh gemuk namun mengalami difabel. Nampak perempuan itu, duduk, de kedua kaki sepaha, seperti cacat bawaan dari lahir. Berpakaian kemeja kotak-kotak dengan rompi oranye. 

Kedua tangannya utuh dan sehat, terlihat tangan kanan mengayunkan sebuah koran. Di depannya ada setumpuk koran dengan kaleng rokok. Hati Franda tiba-tiba iba atas perjuangan perempuan muda itu. 

Suara klakson dari belakang bergemuruh, sepeda motor yang disebalah kanan dan kiri Franda mulai melaju kencang. Hatinya gelisah, lalu Franda menyalakan sein kiri untuk menepikan motor. Perjuangannya tak mudah,  mendapat klakson kendaraan di belakang, juga banyak kendaraan yang tak memberinya jalan. Hari pertama merupakan perlombaan waktu bagi pengguna jalan.

Namun tekad dan semangat Franda membuahkan hasil, diparkirnya motor itu di bawah pohon. 

Kemudian segera menghampiri perempuan muda itu, dibungkukkan postur tingginya seraya berkata, “mbak saya mau satu koran.”

Nampak wajah sumringah dengan mata berbinar, seraya berkata, “ini mbak korannya.” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun