Udara pagi berhembus, beriringan dengan laju motor. Suara klakson cukup memekikkan telinga serta merubah mood. Pertemuan dengan sang perempuan muda, membuat Franda tertegun dan tersadar. Inspirasi apa yang merubah suasana hati dan pikirannya?
Hembusan udara pagi merasuk ke paru-paru, memberi asupan oksigen bagi seluruh tubuh. Udara bersih dan segar tanpa polusi kendaraan. Terlihat sedikit kendaraan yang melaju di jalanan.
Pagi ini, Franda duduk di motor matic, body vespa kekinian dengan helm berwarna pink. Tas kerja berisikan tablet, diselempangkan dipundaknya. Franda begitu ceria menyambut pagi ini, dengan semangat di hari pertama.
Bagaimana tidak, akhir pekan bersama para sahabat-sahabat ke sebuah pantai, mampu menyegarkan serta merilekkan tubuh, jiwa serta hatinya. Rutinitas dan mobilitas keseharian membuatnya jenuh, namun kebersamaan dengan sang kawan serta suguhan alam, memberi inspirasi bahwa hidup ini indah .
“Mungkin kurang picnic dan balance life,” begitu pemikirannya sambil mengendarai sepedanya.
Lamunan itu dibuyarkan oleh suara klakson mobil sedan sport berwarna hitam, di belakangnya. Franda perlahan menepi ke kiri dan memberi jalan pada mobil itu. Sedan sport pun melaju kencang, sampai angin terpaan terasa di kulit Franda.
“Ehmm … mobil sport mewah, tapi nggak tau sopan santun,” begitu celetuknya dalam hati.
Suasana hati yang ceria, berubah jadi dongkol pada pengendara mobil itu. Belum juga usai rasa kesal itu, tiba-tiba dikagetkan oleh klakson sepeda motor di sampingnya.
Terdengar suara laki-laki muda berkata, “lampu sein mb.” Pemuda berhelm hitam dengan badan tinggi besar itu, langsung menyalip dengan kencang.
Sontak Franda bingung mencari tombol sein, namun keliru tombol klakson. Dimatikan lampu sein itu, dikurangi kecepatan serta Franda tetap berada di lajur kiri.
“Pantas bila di klakson pengendara lain, berarti aku yang salah,” begitu ucapnya sambil tertawa tersipu-sipu. Ditarik nafasnya perlahan, lalu dihembus. Cukup membuat pikiran rileks dan rasa dongkol itu pergi.
Nampak di depan ada stopan. Ditambah kecepatan kilometer laju motornya, dari 40 km menjadi 60 km. Namun lampu hijau segera berganti kuning, “sangat berisiko,” pikirnya, sehingga kedua tangannya segera menekan rem. Tepat sebelum zebra cross, matic pink itu berhenti.
“Waducchh pasti lama ini, apalagi perempatan,” ucapnya dalam hati.
Sambil menunggu lampu hijau, terdengar suara, “koran … koran … koran.”
Kepalanya mencari arah suara itu, terlihat perempuan muda yang berambut pendek, bertubuh gemuk namun mengalami difabel. Nampak perempuan itu, duduk, de kedua kaki sepaha, seperti cacat bawaan dari lahir. Berpakaian kemeja kotak-kotak dengan rompi oranye.
Kedua tangannya utuh dan sehat, terlihat tangan kanan mengayunkan sebuah koran. Di depannya ada setumpuk koran dengan kaleng rokok. Hati Franda tiba-tiba iba atas perjuangan perempuan muda itu.
Suara klakson dari belakang bergemuruh, sepeda motor yang disebalah kanan dan kiri Franda mulai melaju kencang. Hatinya gelisah, lalu Franda menyalakan sein kiri untuk menepikan motor. Perjuangannya tak mudah, mendapat klakson kendaraan di belakang, juga banyak kendaraan yang tak memberinya jalan. Hari pertama merupakan perlombaan waktu bagi pengguna jalan.
Namun tekad dan semangat Franda membuahkan hasil, diparkirnya motor itu di bawah pohon.
Kemudian segera menghampiri perempuan muda itu, dibungkukkan postur tingginya seraya berkata, “mbak saya mau satu koran.”
Nampak wajah sumringah dengan mata berbinar, seraya berkata, “ini mbak korannya.”
Kemudian Franda menerima koran itu serta ditaruhnya uang di kaleng rokok, “saya taruh sini ya mbak,” kata Franda.
Mata perempuan penjual koran itu memandang ke kaleng, “sebentar mbak kembaliannya,” katanya sambil mengobok-obok kaleng itu.
“Nggak usah mbak, sudah pas,” sahut Franda sambil memberikan kode dengan tangan.
“Terimakasih banyak. Semoga mbak dilancarkan segala urusannya,” kata perempuan muda dengan tulus dan ikhlas.
“Amin, sama-sama mb. Mari mbak,” kata Franda sambil meninggalkan mbak penjual koran itu sendirian. Dia berjalan sambil menaruh koran ditas.
Ketika dilihat jam di tangan, waktu menunjukkan kurang sepuluh menit. Segera dipakai helm pink itu dan dihidupkan matic itu.
Jalanan semakin bertambah ramai, dicobanya untuk mencari celah agar cepat sampai.
“Kurang dua stopan lagi untuk sampai ke kantor. Yang penting sudah berusaha yang terbaik, hasilnya terserah nanti, “ begitu pikir Franda.
Dilajukan motornya dengan melihat peluang jalan yanga ada. Hingga depan kantornya terlihat, diparkir motor matic itu di basement, lalu Franda checklock.
“Syukurlah kurang dua menit,” katanya sambil tersenyum melihat jam di mesin checklock. Sambil berjalan menuju ruangannya, dia teringat mbak penjual koran tadi.
“Apa ini doa dari mbak tadi ‘semoga dilancarkan semuanya’, “ pikir Franda.
Memang doa tulus, berasal dari hati yang bersih dan ikhlas, sangat besar didengarkan Sang Maha Kuasa.
Baginya, mbak penjual koran itu telah memberikan inspirasi, yaitu untuk selalu bersyukur dengan semua yang dimiliki, serta sebuah perjuangan hidup di tengah keterbatasan.
Semua pengalaman pagi ini telah merubahkan suasana hati Franda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI