Pada saat berakhir masa tugas tak lupa mampir ke pusat oleh oleh. Di toko oleh oleh tersebut saya tertarik dengan pisau keris. Kata SPG (Sales Promotion Girl), keris mungil itu adalah delmaan dari keris asli Riau. Keris Riau sudah ada sejak zaman dahulu kala. Di gunakan oleh para bangsawan Melayu untuk mempertahankan diri. Hingga kini adat dan kebudayaan Melayu, selalu menyelipkan keris di bagian depan dalam setiap berbuasana adat.
4. Batu Akik, Martapura
Waktu itu tahun 2014 silam. Tanggal dan bulannya lupa. Saya berkesempatan tugas di kota Banjarbaru - Kalimantan Selatan. Seorang teman berpesan jangan lupa oleh olehnya ya. Beliin aja batu akik di Martapura.
Bila tanya kak wikipedia, kota Martapura terkenal akan batu intannya dan merupakan kualitas terbaik di dunia. Seperti pengunjung lainnya saya juga tak lupa menyempatkan diri kesana. Selain membeli pesanan teman, saya juga membeli sebuah batu akik berkilau kebiru - biruan.
Tak lupa juga bersama teman teman satu kru dari Surabaya, kami menyewa satu angkot ke pasar terapung Muara Kuin. Dari Banjarbaru pukul 04.00 dini hari.Â
Perjalanan dari Banjarbaru menuju ke pasar tradisional tersebut kurang lebih satu jam. Pasar ini beroperasional mulai pukul 05.30 hingga pukul 08.00 pagi. Yang unik dari pasar ini adalah semua penjualnya perempuan, berperahu di atas sungai dan menerapkan sistim "Barter".
Selanjutnya kami menuju jembatan gantung sungai Barito. Di sini saya terkagum kagum melihat kapal bermuatan ratusan kilo batu bara melintas di atas sungai. Pemandangan ini mungkin hanya terjadi di sungai Kalimantan.
5. Â Kaos Cakalele, Ambon Manise
Sejenak ku berpikir mengenang kembali kaos hitam bergambar tarian Cakaleke. Ini adalah salah satu kenangan sebelum meninggalkan propinsi yang terletak di ujung timur Indonesia pada akhir bulan Februari 2014 silam. Kota Ambon Manise ini adalah kota yang paling berkesan di hati. Sekilas kota ini berbentuk letter U. Bandar udara dan pusat kota terletak pada masing masing ujung huruf tersebut. Sehingga pendatang secara tidak langsung menyaksikan seluruh isi kota ini. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju pusat kota mata kita akan di manjakan dengan birunya air laut berriak riak.
Pantai di Ambon sangat menggairahkan. Sebut saja Pantai Namalatu, Natsepa dan Pintu Kota. Semuanya indah menawan. Selain itu juga sempat berkunjung ke museum patung pahlawan wanita nasional "Christina Marta Tiahahu". Kisah pahlawan nasional ini sungguh sangat memilukan. Pada saat pertempuran melawan belanda usianya baru 17 tahun. Meskipun demikian beliau tak tegar mendampingi ayahnya berperang melawan penjajahan Belanda.
6. Kaos Batik, Pekalongan
Pekalongan di kenal sebagai kota batik karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan bervariatif. Oleh sebelum selesai masa perbantuan pembukaan outlet baru, saya sempatkan pergi ke salah satu pusat penjualan batik "Pasar Grosir Setono". Saya membeli sebuah kaos batik bercorak dominan kebiruan. Kini warna kaos itu semakin memudar. Ukurannya juga sudah ngk pas di badan. Padahal saat beli di bulan Oktober 2014, saya memilih ukuran agak besar.
Selain itu juga ada makanan khasnya. Nasi megono. Hampir tiap hari saya makan nasi megono. Nasi khas Pekalongan ini terbuat dari irisan nangka di campur sambal bumbu kelapa.
Kesemuanya itu kini tinggal kenangan. Setiap barang mempunyai kenangan atau ceritanya tersendiri. Oleh sebab itu bila bepergian jangan lupa membeli/membuat sesuatu yang berkesan. Karena waktu akan terus berlalu tapi kenangan akan selalu terbenam dalam memory.
Masih ada beberapa tempat seperti Balikpapan, Cirebon, Jakarta yang tidak bisa di ceritakan karena tak ada lagi barang kenangannya. Berharap bisa kembali berkunjung lagi suatu saat nanti.