Â
Injil Lukas memperlihatkan bagaimana Yesus sangat akrab dengan perempuan. Mereka dianggapnya sebagai sahabat. Ia sangat menghargai harkat dan martabat mereka sebagai manusia (Luk 7:48). Yesus tidak melihat kesalahan apa yang telah dilakukan oleh perempuan yang dianggap pelacur oleh kebanyakan orang. Karena bagiNya seseorang adalah bukan kesalahannya, karena itu hanyalah apa yang dia lakukan. Kesalahannya tidak menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Tetapi seseorang adalah pribadi karena martabatnya yang khas, secitra dengan Allah. Maka karena perempuan secitra dengan Allah, sudah sepatutnyalah dia dihargai layaknya laki-laki. Â
Â
Lukas melukiskan bahwa dalam pandangan Yesus bagaimana pun juga perempuan sama dan sederajat dengan laki-laki, karena itu mestinya diberi ruang bagi mereka untuk berekspresi, menggunakan kapasitas-kapasitas yang mereka miliki yang tidak jauh berbeda dengan laki-laki (bdk. Luk 8:2-3). Bahkan di awal injilnya Lukas melukiskan bagaimana Allah menggunakan dua orang pribadi perempuan sebagai alatnya dalam karya penyelamatan dunia. Allah memilih Maria dan Elizabeth, mereka adalah perempuan pertama yang disebutkan di dalam injil Lukas. Dengan ini Lukas melukiskan bahwa betapa pentingnya kaum perempuan di dalam karya penyelamatan Allah bagi dunia. Dengan ini juga hendak menunjukkan bahwa betapa martabat perempuan itu sangat berharga di mata Allah.
Â
Selain Bunda Maria dan Elizabeth, Lukas juga menyebutkan beberapa wanita yang lain yang menyertai Yesus bersama para murid-muridNya, yakni, Maria Magdalena, Yoana (istri Khuza, bendahara Herodes), Susana, dan masih banyak yang lainnya (Luk 8:1-3). Dalam Lukas 7:36-50, dilukiskan bagaimana Yesus bersikap ramah kepada Maria dari Magdala, seorang gadis yang berangkali memberikan pelayanan di sebuah penginapan.[6]Â
Â
Dengan demikian setidaknya memperlihatkan kepada kita bahwa selain penginjil kaum miskin, Lukas juga adalah penginjil kaum perempuan, yang menyuarakan suara kaum perempuan yang terkungkung di alam kerangkeng patriarkat. Lukas boleh dikatakan sebagai kaum feminis, meskipun tidak menyebut dirinya demikian, karena kedua bukunya pertama-tama diperuntukkan bagi Theofilus. Akan tetapi tulisan-tulisannya menunjukkan kepada kita bahwa ia adalah kaum pembela perempuan. Ia memperlihatkan Yesus yang berbaur dengan kaum miskin serta kaum perempuan, yang dianggap sebagai kelas kedua di dalam Yudaisme. Maka sesungguhnya Yesus dan gerakan yang ia prakarsai, yang dilukiskan oleh Lukas merupakan suatu pembaharuan yang boleh dibilang radikal di dalam Yudaisme.[7] Dengan gerakan Yesus ini hendak membuka mata orang-orang Yahudi dan membongkar dogmatisisme cara pandang terhadap kaum perempuan. Cara pandang yang melihat perempuan subordinat terhadap laki-laki.
 Â
CATATAN
[1] David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, Sejarah Teologi Yang Mengubah dan Berubah, Stephen Suleeman (penerj.), (Jakarta: PT. Bpk Gunung Mulia, 2015), hal. 131