Mohon tunggu...
KRISTIANUS FOSTERMAN
KRISTIANUS FOSTERMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA KUPANG

MENULIS AGAR ABADI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perempuan di Ujung Pena Lukas Penginjil

6 November 2021   10:55 Diperbarui: 6 November 2021   11:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaum Farisi dan para ahli Taurat menggunakan hukum Taurat untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka akan memilih teks, firman atau hukum tertentu untuk membenarkan diri mereka dan menindas rakyat. Inilah yang dikecam oleh Yesus. Mereka memerintahkan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, itulah yang kiranya dikatakan oleh Yesus bahwa kaum farisi meletakan beban di atas Pundak orang lain, sedangkan mereka sendiri tidak memikulnya.

 

Agama memiliki peran yang sentral dalam Yudaisme. Konsekuensinya adalah seluruh kehidupan orang-orang Israel mestinya berlandaskan pada ajaran agama. Dan barang siapa yang melanggar hukum keagamaan (Taurat) akan mendapatkan hukuman. Dalam Yudaisme, sistem keagamaan sulit dipisahkan dari kebudayaan. Secara konseptual kita dapat membedakannya sedangkan dalam praktiknya sulit untuk dipisahkan. Kebudayaan membentuk keagamaan, demikian sebaliknya.

 

Mengenai perempuan, dalam kebudayaan Yudaisme ia berada pada kelas kedua. Laki-laki memiliki kuasa yang besar atas diri perempuan. Ayah akan sangat berkuasa atas anak perempuannya atau suami berkuasa atas istrinya. Perempuan tidak memiliki hak untuk memilih siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. Sudah ditentukan oleh ayahnya. Perempuan tidak bisa menceraikan suaminya, tetapi suaminya dapat menceraikan istrinya meskipun dengan alasan yang sepele. Perempuan tidak memiliki hak politik, pekerjaan mereka hanya mencuci pakaian, menjahit, memintal, menyusui bayi, membasuh muka, tangan, dan kaki suaminya.[5]

 

Perempuan tidak dihargai dan dianggap sebagai kaum yang rendah martabatnya. Perempuan juga dipandang tak ada bedanya dengan barang yang dapat dimiliki atau dibuang. Perempuan dipandang hampir setara dengan benda milik, yang akan digunakan jika diperlukan, dan akan dibuang jika tidak diperlukan lagi. Perempuan sungguh mengalami tindakan diskriminasi sosial. Martabatnya diinjak-injak, dan bahkan tidak layak berbicara tentang martabat perempuan di dalam Yudaisme. Akan tetapi, Lukas melukiskan hal yang sama sekali baru di mata orang-orang Yahudi, tentang eksistensi kaum perempuan.

 

Perempuan di Ujung Pena Lukas

 

Penginjil Lukas tidak hanya menggambarkan pribadi Yesus yang bergaul dengan orang miskin dan tertindas, tetapi juga memberikan perhatian kepada kaum perempuan. Lukas melukiskan Yesus yang juga memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk membantuNya dalam pelayananNya (Luk 8:2-3). Dan hal ini dalam aspek sosio-religius Yudaisme merupakan suatu sandungan. Karena itu tindakan Yesus ini bertentangan dengan Yudaisme. Dalam hal ini sangat jelas perhatian Lukas pada pembelaan terhadap dignitas kaum perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun