Bentuk informasi ini sejatinya mau ditunjukkan Prabowo kepada Presiden yang hendak turun tahta, yakni Presiden Joko Widodo.
Ke-49 orang yang dipanggil ke Audisi Kertanegara, dengan kata lain merupakan gambaran pasti bahwa Prabowo memang benar-benar mengakomodasi permintaan Jokowi terkait sejumlah orang kepercayaannya yang bakal duduk di kursi Kabinet Prabowo-Gibran kelak. Audisi dengan gaya "testing the water" itu sepintas dilihat sebagai bentuk transparansi.Â
Akan tetapi, hemat saya, ada "bargaining ilustrating" yang mau diperlihatkan di sana, yakni Prabowo harus menunjukkan keseriusannya untuk menaruh orang-orang kepercayaan Jokowi di kabinetnya, sebelum Jokowi turun tahta pada 19 Oktober 2024.
Kenapa demikian? Dari segi timing, waktu audisi dan publikasi nama calon menteri ini justru diperlihatkan sebelum waktu pelantikan 20 Oktober 2024.Â
Artinya, Prabowo sebagai Presiden terpilih belum secara definitif mampu mengunci nama menteri dan menggunakan kekuataannya melalui hak prerogatif untuk melakukan finalisasi menteri terpilih.
Hemat saya, biasanya, informasi terkait calon menteri ini diberitahukan atau dibocorkan sehari setelah Presiden terpilih dilantik. Misalnya pada 2014 dan 2019, informasi terkait calon menteri disampaikan Presiden terpilih setelah ia dilantik.
Ketika informasi nama-nama menteri disampaikan setelah Presiden terpilih dilantik, artinya hak prerogatif Presiden terpilih tidak lagi bisa diinterfensi, termasuk oleh mantan Presiden sebelumnya.
Di balik Audisi Kertanegara, saya melihat bahwa Prabowo tengah ditagih janji dan keseriusannya untuk mengamini "input" Jokowi. Kita lihat selama ini, Prabowo dan Jokowi kerap berjumpa.
Prabowo, dalam hal ini, kemungkinan ditekan agar sesegera mungkin mengumumkan siapa-siapa yang bakal duduk di kursi kabinetnya kelak.
Di waktu bersamaan juga, Jokowi menunggu kepastian dengan sebuah pertanyaan besar di kepala: "Benarkah orang-orang yang 'dititipnya' bakal masuk ke kabinet Prabowo-Gibran" atau sama sekali tidak.Â
Audisi Kertanegara pun menjadi alternatif jawabannya. Momen "last lap" dimanfaatkan betul oleh Jokowi sebelum ia turun dari tahtanya dan sebelum Prabowo secara definitif dilantik pada 20 Oktober 2024 mendatang.