Iming-iming menggandakan uang dalam jumlah yang besar dengan waktu yang relatif singkat, para korban justru kini kehilangan semuanya. Tabungan dikuras, motor dijual, bengkel ditutup, dan pijaman di bank makin menggunung.
Harapan bersama yang mungkin bisa dijadikan bahan pelajaran adalah bagaimana mencegah agar peristiwa ini tidak terulang kembali. Langkah preventif ini harus dimulai dari testimoni penindakan tegas para pelaku yang kini tertangkap. Ketika para terdakwa yang kini sedang diadili ditindak tegas, hemat saya, hal-hal semacam tidak akan terjadi lagi.Â
Kehadiran para trader dan afiliator selama ini justru tanpa pengawasan yang ketat. Kurangnya pengawasan yang ketat membuat bisnis bohongan ini menelan banyak korban.
Doni dan para afiliator lainnya selama tidak pernah membayangkan bagaimana keadaan para korban, bagaimana korban mencari uang untuk investasi trading, dan bagaimana akibatnya nanti.Â
Para afiliator cukup memikirkan penggunaan uang nantinya. Tidak terlalu jauh ke efek domino yang bakal terjadi. Soal siapa yang mengirim, si afiliator mungkin tak sempat tahu atau memikirkannya. Yang penting bagi si afiliator adalah uang sampai ke tabungan pribadinya.
Karakter orang-orang seperti ini adalah sebuah tren di zaman sekarang. Banyak orang ingin cepat kaya. Banyak orang ingin agar mempunyai segala-galanya. Meski caranya tak santun dan menelan banyak korban, orang-orang justru tak lagi menggunakan nurani. Yang dikejar hanyalah popularitas, uang, dan diskriminasi. Inilah hasil perkawinan silang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H