Ada dua pembagian dasar ketika berbicara mengenai Moral Keluarga, yakni Teologi dan Kitab Suci. Bagaimana Kitab Suci melihat perkawinan khususnya Perkawinan Katolik?
Pandangan Alkitabiah mengenai Moral Keluarga
Kisah Kitab Kej 1: 26--28 merupakan alur teologis-biblis bagaimana kita memahami perkawinan.
Ayat 26
Kata "Baiklah" menunjukkan bahwa penciptaan manusia menyangkut seluruh eksistensi Allah dengan segala kesadaran-Nya. Penciptaan manusia oleh Allah atas dasar kesadaran penuh (baiklah kita). Hal ini berarti bahwa manusia benar-benar dikehendaki Allah, manusia bukan ada karena suatu kecelakaan atau accidental.
Kata "Gambar & rupa Allah". Manusia merupakan gambar dan rupa Allah (baik laki-laki maupun perempuan). Kosekuensinya, keduanya memiliki martabat yang sama.
Kata "Supaya mereka berkuasa". Tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia menguasai alam semesta. Dasar kuasa manusia adalah gambar dan rupa Allah.
Ayat 27
Allah-lah yang menciptakan manusia, bukan sebaliknya manusia menciptakan manusia -- problem mengenai bayi tabung, cloning. Jika manusia menciptakan manusia lain, maka manusia melanggar hak prerogatif Allah.
Kata "menciptakan (aktif) dan diciptakan (pasif)" menunjukkan bahwa karya penciptaan itu sangat penting. Hanya Allah yang bisa menciptakan manusia.
Ayat 28