Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tegangan antara Sains dan Agama dalam Film Contact

23 Januari 2021   23:01 Diperbarui: 23 Januari 2021   23:06 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku mempunyai sebuah pengalaman yang tak bisa kubuktikan bahkan kujelaskan. Semua yang kurasakan sebagai manusia itu nyata. Aku diberikan sesuatu yang indah yang mengubahku selamanya. 

Sebuah penglihatan tentang alam semesta yang memberitahu kita dan tak dapat disangkal, bagaimana kecil dan lemahnya kita, bagaimana langka dan berharganya kita semua. 

Sebuah penglihatan yang memberitahu kita bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri bahwa tak satu pun dari kita mengetahui itu. Seandainya aku bisa berbagi, aku berharap semua orang tahu walau hanya sesaat bisa merasakan kekaguman, kerendahan hati, dan harapan. Itu akan terus menjadi keinginanku" (Dr. Eleanor "Ellie" Arroway, Contact: 1997).

Contact. Film ini berkisah tentang Dr. Eleanor "Ellie" Arroway (Jodie Foster) yang sejak kecil memiliki ketertarikan dengan sains. Sejak kecil ia sudah mendengar dari pemancar radio dan berharap menemukan bukti akan adanya kehidupan alien. 

Ketika besar dia bergabung ke dalam sebuah tim yang terdiri dari beberapa ilmuwan dalam proyek SETI (the Search for Extraterrestrial Intelligence). Bertempat di Very Large Array (VLA) New Mexico, dengan bermodalkan beberapa pemancar yang besar, Dr. Arroway berusaha untuk mendengarkan apakah ada kontak dari planet lain.

Hingga suatu hari ada suara yang terdeteksi oleh sistem pemancar mereka. Ditemukanlah bahwa suara itu berasal dari Vega yang mengirim sebuah pesan dalam bentuk kode/rumus yang sukar dipahami. 

Sontak pesan itu menghebohkan seluruh wilayah Amerika Serikat. Kemudian mereka berhasil membaca kode itu yang intinya adalah membangun sebuah mesin gigantik yang dapat digunakan untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa. Setelah semuanya siap, Dr. Arroway mengajukan dirinya untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk mengetahui kehidupan di luar angkasa itu.

Dr. Arroway adalah seorang ilmuwan yang memahami sesuatu harus berdasarkan pada bukti-bukti empiris. Hal ini juga berlaku bagi pemahamannya akan Tuhan. 

Dia tetap teguh pada pendiriannya bahwa Tuhan tidak bisa diandaikan begitu saja, dia harus dapat dibuktikan secara empiris. Posisinya ini berbeda dengan Palmer Joss (Matthew McConaughey) seorang Filsuf Kristen yang juga memiliki hubungan yang spesial dengannya. Palmer percaya akan adanya Tuhan. 

Dia tidak bisa membayangkan apa jadinya dunia ini tanpa Tuhan. Mereka tetap menjalani hubungan dan teguh memegang posisi masing-masing.  

Bagi saya, film ini menarik dan butuh perlahan-lahan untuk mencernanya karena berbagai istilah ilmiah yang dipakai. Hal yang membuat menarik adalah walaupun diproduksi tahun 1997, untuk ukuran sebuah film sci-fi (science fiction), film ini cukup canggih dengan imajinasinya yang kaya akan dunia luar angkasa. 

Film ini dibuat untuk menghadirkan lagi tegangan yang telah terjadi terus-menerus antara sains dan agama (antara para ilmuwan dan kaum agamawan). Tegangan ini mencakup banyak hal dan begitu kompleks. Saya tidak akan masuk ke dalam keseluruhan kompleksitas itu seperti yang sudah disajikan oleh film itu.

Pada kesempatan ini saya hanya akan berfokus pada satu hal. Saya akan memberikan catatan terkait posisi yang diusung oleh Dr. Eleanor Arroway. Sebagai seorang ilmuwan, dia menganut kebenaran yang didasarkan pada data empiris. 

Sesuatu itu benar kalau bisa diuji dan telah melewati proses verifikasi dan falsifikasi. Ini adalah kredo dari para ilmuwan. Ini adalah kredo yang dipegang setelah melewati periode sejarah yang panjang yang juga merupakan hasil dari Zaman Pencerahan. Namun, saya mau mengajukan pertanyaan demikian: 

"Apakah data empiris yang telah dihasilkan sains adalah benar-benar murni hasil penelitian dan tidak ada hal-hal yang diandaikan begitu saja dalam penelitian itu?"

Menurut Karlina Supelli dimensi ontis (being) sains yang diyakini banyak ilmuwan, yakni kawasan objek dengan karakter dan mekanisme yang membangkitkan gejala yang tercerap indera, merupakan suatu kawasan yang secara epistemik berstatus a priori. 

Kawasan ini merupakan andaian, bukan sesuatu yang ditemukan dalam pengalaman. Ia adalah komponen ontis suatu realisme metafisik. Andaian ini adalah syarat transendental kegiatan ilmiah.

Dengan andaian ini sains membangun teori yang berisi prediksi empiris yang terbuka untuk diuji. Tanpa itu, sains akan tetap tinggal sebagai bangunan-bangunan ide. 

Tesis mengenai realitas eksternal ini serta keyakinan bahwa realitas (fisika) berisomorfis (berada dalam hubungan yang sepadan) dengan struktur matematis, sekaligus juga mengisi keyakinan epistemik akan intelijibilitas kosmos (Karlina Supelli, 2012).

Dengan ini saya mau mengatakan bahwa ada sesuatu yang diandaikan juga dalam sains. Alam semesta ini begitu luas dan manusia ini begitu terbatas untuk bisa memahami seluruh alam semesta. Pengetahuan manusia bersifat kontingen (tidak pasti) menurut Henri Poincare sebagaimana dikutip oleh Karlina Supelli. 

Kesadaran ini bukan berarti membuat pesimis langkah para ilmuwan untuk terus meneliti, mengamati, dan belajar untuk memahami hukum-hukum di alam semesta ini, melainkan membuka cakrawala siapa itu manusia di hadapan alam semesta ini.

Freeman Dyson dan Einstein, sebagaimana dikutip oleh Karlina, merasakan kosmos sebagai sebuah misteri. Sebuah misteri yang hanya bentuknya yang paling purba yang bisa dijangkau. 

Sebuah pengalaman akan keberadaan suatu nalar yang cemerlang karena keindahannya, tetapi tidak mungkin ditembus. Einstein menamakan perasaan itu religiositas kosmik. Sebuah religiositas yang melibatkan emosi yang paling mendalam baik di dalam dirinya dan banyak ilmuwan lain yang secara ontis memilih posisi realis. 

Emosi yang membangkitkan keyakinan bahwa penjelasan rasional atas alam semesta adalah mungkin, sekalipun alasan mengapa dunia bisa dipahami tetap tinggal sebagai misteri (Karlina Supelli, 2012:103).

Hal ini pada akhirnya juga diakui oleh Dr. Arroway. Mesin yang membawanya gagal untuk membawanya ke luar angkasa. Namun, dia mengalami sesuatu yang berbeda. 

Dia merasa berhasil ke luar angkasa melewati beberapa lubang cacing. Orang-orang menuduhnya mengalami delusi. Tetapi dia tetap yakin mengalami sebuah pengalaman yang luar biasa. Pengalaman yang tidak bisa dibahasakan, hanya bisa dirasakan.

Kesadaran baru dan kejujuran yang teguh terpancar lewat kata-katanya. "Aku mempunyai sebuah pengalaman yang tak bisa kubuktikan bahkan kujelaskan. Semua yang kurasakan sebagai manusia itu nyata. Aku diberikan sesuatu yang indah yang mengubahku selamanya. 

Sebuah penglihatan tentang alam semesta yang memberitahu kita dan tak dapat disangkal, bagaimana kecil dan lemahnya kita, bagaimana langka dan berharganya kita semua. 

Sebuah penglihatan yang memberitahu kita bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri bahwa tak satu pun dari kita mengetahui itu. 

Seandainya aku bisa berbagi, aku berharap semua orang tahu walau hanya sesaat bisa merasakan kekaguman, kerendahan hati, dan harapan. Itu akan terus menjadi keinginanku."

Alam semesta ini begitu luas dan masih menyimpan begitu banyak misteri. Manusia yang terlalu membanggakan kemampuannya (rasionya) untuk menaklukan alam semesta adalah sebuah sikap yang patut dikoreksi. 

Kesombongan manusia mendorongnya melihat alam semesta secara instrumental, alam hanya dieksploitasi untuk kepentingannya. Pemenang Nobel Fisika 1979, Steven Weinberg, pernah menulis dalam bukunya yang berjudul The First Three Minutes (1977) bahwa sains menggiring orang memasuki kemahaluasan yang akan membuatnya menggigil. 

Bagi Weinberg, semakin alam semesta terpahami, semakin tampak alam semesta tak terpahami, semakin tampak alam semesta tidak punya tujuan; alam menjadi bermakna karena manusia adalah pemain drama yang bisa menghangatkan dan memaknai panggung kosmik yang tidak punya belas kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun