Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tegangan antara Sains dan Agama dalam Film Contact

23 Januari 2021   23:01 Diperbarui: 23 Januari 2021   23:06 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film ini dibuat untuk menghadirkan lagi tegangan yang telah terjadi terus-menerus antara sains dan agama (antara para ilmuwan dan kaum agamawan). Tegangan ini mencakup banyak hal dan begitu kompleks. Saya tidak akan masuk ke dalam keseluruhan kompleksitas itu seperti yang sudah disajikan oleh film itu.

Pada kesempatan ini saya hanya akan berfokus pada satu hal. Saya akan memberikan catatan terkait posisi yang diusung oleh Dr. Eleanor Arroway. Sebagai seorang ilmuwan, dia menganut kebenaran yang didasarkan pada data empiris. 

Sesuatu itu benar kalau bisa diuji dan telah melewati proses verifikasi dan falsifikasi. Ini adalah kredo dari para ilmuwan. Ini adalah kredo yang dipegang setelah melewati periode sejarah yang panjang yang juga merupakan hasil dari Zaman Pencerahan. Namun, saya mau mengajukan pertanyaan demikian: 

"Apakah data empiris yang telah dihasilkan sains adalah benar-benar murni hasil penelitian dan tidak ada hal-hal yang diandaikan begitu saja dalam penelitian itu?"

Menurut Karlina Supelli dimensi ontis (being) sains yang diyakini banyak ilmuwan, yakni kawasan objek dengan karakter dan mekanisme yang membangkitkan gejala yang tercerap indera, merupakan suatu kawasan yang secara epistemik berstatus a priori. 

Kawasan ini merupakan andaian, bukan sesuatu yang ditemukan dalam pengalaman. Ia adalah komponen ontis suatu realisme metafisik. Andaian ini adalah syarat transendental kegiatan ilmiah.

Dengan andaian ini sains membangun teori yang berisi prediksi empiris yang terbuka untuk diuji. Tanpa itu, sains akan tetap tinggal sebagai bangunan-bangunan ide. 

Tesis mengenai realitas eksternal ini serta keyakinan bahwa realitas (fisika) berisomorfis (berada dalam hubungan yang sepadan) dengan struktur matematis, sekaligus juga mengisi keyakinan epistemik akan intelijibilitas kosmos (Karlina Supelli, 2012).

Dengan ini saya mau mengatakan bahwa ada sesuatu yang diandaikan juga dalam sains. Alam semesta ini begitu luas dan manusia ini begitu terbatas untuk bisa memahami seluruh alam semesta. Pengetahuan manusia bersifat kontingen (tidak pasti) menurut Henri Poincare sebagaimana dikutip oleh Karlina Supelli. 

Kesadaran ini bukan berarti membuat pesimis langkah para ilmuwan untuk terus meneliti, mengamati, dan belajar untuk memahami hukum-hukum di alam semesta ini, melainkan membuka cakrawala siapa itu manusia di hadapan alam semesta ini.

Freeman Dyson dan Einstein, sebagaimana dikutip oleh Karlina, merasakan kosmos sebagai sebuah misteri. Sebuah misteri yang hanya bentuknya yang paling purba yang bisa dijangkau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun