Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Belajar Menerapkan Kebijakan Politik dari Angela Merkel

10 Desember 2020   07:51 Diperbarui: 11 Desember 2020   19:54 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pidato Kanselir Angela Merkel di depan anggota parlemen Jerman pada Rabu (09/12), yang disebut oleh pakar penuh pesan personal dan emosional.(DW Indonesia via Kompas.com)

Kebijakan menampung satu juta migran di Jerman pada Januari 2015 lalu membuka peluang bagi partai ekstrem kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) untuk menyerang kubu Merkel. Atas kekalahan premature ini, Merkel lantas bertanggung jawab. 

"Sungguh pahit. Sebagai pemimpin partai dan sebagai kanselir, saya bertanggung jawab", kata Merkel dalam pidato "pengakuan salah" yang jarang terjadi (Kompas, Minggu, 25 September 2016). Pidato pengakuan Merkel ini akhirnya menjadi manuver utama AfD untuk menggedor nurani rakyat Jerman. Kampanye utama AfD saat ini adalah mengenai xenophobia dan kampanye kebencian terhadap migran.

Selama ini Merkel disebut sebagai lokomotif penggerak arah UE. Sinyal kekalahan Merkel tentunya menggoncangkan posisinya sebagai penentu berbagai kebijakan selama lebih dari satu dekade, di mana Merkel terlibat dalam kesepakatan UE-Turki soal pengungsi, menjadi kunci di saat UE menghadapi krisis euro, menjadi penentu embargo UE terhadap Rusia atas pendudukan Cinema serta menjadi pengagas peta jalan Bratislava mengenai masa depan UE pasca Brexit, masalah keamanan, persatuan dan migran.

Merkel yang pernah dinobatkan sebagai Person of the Year (2015) oleh Majalah Time, kini mendapat tekanan kuat dan berpegaruh pada wibawanya sebagai penentu kebijakan UE. Hingga kini, Merkel tetap mendesak negara-negara Eropa Tengah untuk menerima sistem kuota bagi para pengungsi dan imigran. 

Bersama Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, Merkel menyatakan bahwa krisis pengungsi tidak dapat diselesaikan oleh satu negara saja, hal ini terkait dengan penolakan negara-negara tetangga, seperti Hongaria dan Slovakia atas keputusan kantong kuota pengungsi dan migran. Hingga September 2015 kemarin, Jerman telah berencana menerima 31.000 imigran, prancis 24.000, Spanyol 15.000 dan Inggris 20.000.

Humanisme Merkelian memang tetap optimis untuk membuka mata dunia terhadap masalah kemanusiaan. Pernyataan paling mengugah terhadap krisis pengungsi adalah "Sekarang, lawan dari cinta bukan lagi kebencian, melainkan ketidakpeduliaan!" Ketidakpedualian adalah masalah kemanusiaan saat ini. 

Sistem keamanan manusia zaman sekarang, bahkan tidak lagi ditemukan dalam kehangatan kebersamaan, akan tetapi diserahkan sepenuhnya pada teknologi (CCTV), anjing galak, pagar-tembok tinggi dan satpam.

Seruan humanis Merkel untuk peduli mengenai problem kemanusiaan juga dilontarkan oleh pemimpin agama Katolik, Paus Fransiskus. "Setiap umat dan komunitas keagamaan sebaiknya menampung satu keluarga migran", kata Paus. Eropa mulai kebanjiran pengungsi dan migran semenjak Perang Sipil (civil war) yang terjadi di Suriah pada 2011.

Sebagai negara yang demokratis dan mengedepankan tolerasi, Merkel mengajak publik untuk mempraktikkan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Ia tidak ingin apa yang digagaskan dalam ideologi bangsanya tidak pernah diperistiwakan. 

Hemat saya, humanisme Merkelian bukan propagandis, melainkan suatu keterlibatan. Artinya, apa yang digagaskan harus dipraktikan. Merkel tidak hanya menyerukan, tetapi juga merangkul kaum imigran yang masuk ke wilayahnya. Merkel telah menyadarkan Eropa.

Merkel telah menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan Eropa, semangat bela rasa yang pernah ada yang belakangan terkubur oleh semangat sekularisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun