Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arti Keselamatan dalam Ritus "Sky Burial" Buddhis-Tibetian

18 Oktober 2020   09:44 Diperbarui: 18 Oktober 2020   09:51 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selain orang yang memikul jenazah, ada juga laki-laki tua yang mengapiti jenazah sambil membawa tongkat dan keranjang. Dua alat ini dipakai untuk mengusir roh-roh jahat dalam perjalanan. Anggota keluarga yang lain bersiap-siap di lokasi ritual sky burial sambil berdoa.

Biasanya ritual sky burial diadakan di atas bukit. Topografi Tibet yang penuh bebatuan membuat orang sulit untuk melakukan penguburan mayat ke dalam tanah. 

Batu-batu karang yang ada kemudian dipakai sebagai altar (the sky-burial site on the mountain top was close to the temple and had a large rock that served as the altar). 

Setelah diletakan di atas altar, tubuh jenazah ditaburi "zanba" -- Tibetan bread made from barley flour and yak butter tea is used to feed the birds (Kathryn Coster, "Tibetan Tantric Buddhism: Envisioning Death," (2010).

Jenazah yang sudah ditaburi "zanba" kemudian diasapi dengan tujuan mengundang burung-burung pemakan bangkai sebagai partner alam. Burung-burung pemakan bangkai dipercaya mampu mengantar roh jenazah mencapai keselamatan. Perjalanan akan jauh lebih cepat dengan bantuan burung burung-burung pemakan bangkai (vultures).

Sebelum diberikan kepada burung-burung pemakan bangkai, tubuh jenazah dipotong dengan ukuran kecil. Hal ini dilakukan agar burung-burung bisa mengkonsumsi daging jasad hingga habis. 

Selain daging, tulang-tulang jasad juga diremuk dan diberikan kepada burung pemakan bangkai. Dalam proses ini, simptom "well-recieved" atau diterima baiknya roh jasad, diketahui melalui semangat burung pemakan bangkai dalam mengkonsumsi.

Cara-cara burung-burung menikmati potogan tubuh dan remukan tulang yang disediakan adalah tanda bahwa jiwa seseorang diterima dengan baik atau tidak. Implikasi awal ini memberi gambaran pada proses selanjutnya, yakni orang yang telah meninggal dapat mencapai keselamatan atau tidak. 

Konon, katanya, daging yang dicacah dan diabaikan burung gagak dianggap pendosa. Ini hanya cerita dari mulut ke mulut. Setelah proses pemakaman -- sky burial -- keluarga dan para "huofo" mengadakan doa bersama. 

Upacara berkabung ini diakhiri dengan tanda mengangkat ibu jari oleh semua anggota keluarga sebagai simbol bahwa roh orang yang mati berbahagia (good death).

Ritual sky burial menunjukkan adanya kedekatan relasi antara manusia dan alam semesta. Agama Buddha memakanai alam sebagai partner atau sesama yang harus dilindungi. Hal inilah yang membuat orang Buddhis Tibet percaya bahwa donasi tubuh orang yang mati kepada burung pemakan bangkai merupakan bentuk pengorbanan yang paling tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun