Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Transformasi Pandemi, dari "Fast Food" Menuju "Slow Food"

4 Oktober 2020   09:56 Diperbarui: 8 Oktober 2020   12:56 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masak bareng anak di rumah. (sumber: SHUTTERSTOCK/JACK FROG via kompas.com)

Di kota-kota besar, seperti Jogja tempat saya menetap, kebiasaan makan di luar rumah adalah hal lumrah. Banyak keluarga yang pulang kerja biasanya langsung menghampiri beberapa restoran cepat saji, seperti McDonalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), Pizza Hut, Solaria, D'Cost, Texas Fried Chicken, dan Hoka Hoka Bento. 

Restoran ini diburu karena melayani kebutuhan dengan cepat, lezat, tepat, dan sehat, katanya. Dengan menyambangi restoran cepat saji, orang yang kelelahan bekerja, tidak lagi kerepotan untuk memasak atau menunggu lama. Tentu inilah keunggulan restoran "fast food", waktu dipangkas atau menghemat waktu.

Akhir-akhir ini, kebiasaan ini tiba-tiba hilang. Banyak restoran cepat saji ditutup karena ketiadaan pengunjung. Direktur PT Fast Food Indonesia Justinus Dalimin membenarkan bahwa akibat virus korona, banyak restoran "fast food" ditutup dan mengalami penurunan omzet. 

Virus corona membuat masyarakat enggan 'tuk berkumpul di restoran dan takut memesan makanan cepat saji. Kurang nyaman dan higenis, di saat sekarang.

Pilihan baru yang dibuat sekarang adalah memperlambat laju sistem penghidangan makanan, yakni yang dulunya serba "fast" menjadi "slow." Ini merupakan sebuah perubahan besar. 

Ketika orang tak lagi berburu restoran dan makanan cepat saji, cara satu-satunya adalah kembali ke dapur. Di sana orang dipaksa 'tuk masak sendiri, hidang sendiri, dan tentunya mencuci peralatan makan sendiri.

Konsep "slow food" dan "fast food" pada dasarnya memberi penekanan pada speed pengolahan, penyajian, dan efek. "Fast food" tentunya berkarya dengan motto memangkas waktu. 

Pengolahan jenis "fast food" kebanyakan menggunakan alat. Sedangkan, "slow food" lebih menunjukkan cara, proses, dan efek bagi kesehatan. "Fast food" mengkampanyekan semangat pangkas waktu hidup, sedangkan "slow food" justru sebaliknya memperlambat waktu hidup.

"Slow food" tentunya menawarkan beragam kelebihan. Kelebihan pertama adalah orang benar-benar menikmati proses memasak dan proses penyajian makanan.

Hal yang sama sekali tidak ditemukan di restoran cepat saji. Di resto cepat saji, kita bisa memesan makanan sesuai selera, tempat duduk yang nyaman, suasana yang enak, penyajian yang serba cepat, dan tidak ada waktu mencuci peralatan makan usai makan. 

Sedangkan konsep "slow food" justru sebaliknya dengan tren memperlebar timing, misalnya dengan membeli bahan (sayur, lauk, cabe, bumbu, dll.,), mengolah, masak, penyajian, dan cleaning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun