Suatu masa, Hana belajar sungguh-sungguh untuk ulangan besok harinya tanpa mencontek, tapi ia mendapat nilai kecil. Si Nyontek yang sepaket dengan Si Malas Belajar malah tuntas KKM.*
Di tempat bekerja, Bambang selalu berusaha datang tepat waktu ketimbang Si Telat. Suatu hari ketika sedang apes Bambang terlambat, ia dikritik habis-habisan oleh bos. Si Telat hari itu seperti dirinya yang biasa, terlambat, tapi bos tampak aman-aman saja.*
Lagu berjudul Tenda Biru oleh Desi Ratnasari, berlirikkan:
"Tanpa putusan diriku kau tinggalkan.
Tanpa bicara kau buat ku kecewa.
Tanpa berdosa kau buat ku merana.
Ku tak percaya dirimu tega.
Nodai cinta, khianati cinta."*
Suatu hari di tahun 2004, sebuah pesawat sedang melayang di lazuardi yang biru. Seorang penumpang di dalamnya merasa kesakitan pada bagian perut.
Pria yang sudah pucat ini didudukkan di samping penumpang lain yang seorang dokter. Semampu mungkin dokter itu berusaha meredakan sakitnya.Â
Saat pria itu merasa perlu ke toilet, ia tak kembali lagi ke kursinya. Pramugari menemukan ia sudah tiada.
Didapati arsenik dalam tubuh pria ini. Niat untuk melanjutkan pendidikan S2 ke Belanda pun tak sampai.Â
Seorang wanita menjadi janda. Dua anak pun menjadi yatim karenanya.
Siapa nian yang tega melakukannya? Seorang pria yang baru dikenal, sering menghubungi dan sok akrab-menurut kisah sang istri-saat sebelum kejadian rupanya terbang bersamanya.Â
Ia menawarkan minuman yang diracuni itu bernama Pollycarpus, sang pilot Garuda yang sedang cuti. Ia telah menyodorkan minuman itu pada seorang pahlawan kemanusiaan, Munir.Â
Sang pilot dijerat penjara. Ia mengakui perbuatannya. Sejak 7 Sejak September 2004 Munir wafat, hingga Pollycarpus meninggal karena Covid 19 pada September 2020 lalu, peradilan negeri ini belum berhasil mengungkap pelaku sebenarnya.Â
Munir selalu memperjuangkan insan-insan terzholimi. Munir berani memprotes siapa saja mereka jika tak adil pada kemanusiaan, tak peduli itu orang yang berkuasa sekalipun.Â
Ketika diancam melalui telepon, "Di depan rumahmu ada bom!"Â
Ia menjawab, "Silahkan saja, kenapa tidak taruh tiga bom saja sekalian?!" Dan benar saja, sebuah bom meledak si pekarangan rumah atau terkadang dikirim ke kantor LSM-nya.
Munir yang berani kini telah tiada. Sutradara dan penulis naskah pembunuhan berencana tersebut masih belum mendapat ganjarannya.*
Alkisah, ada sebuah grup di sebuah media sosial bernama Komunitas PPG 2020 SIMPKB. Grup ini tempat berkumpulnya guru-guru yang sedang, belum, atau sudah menempuh Pendidikan Profesi Guru.Â
Guru-guru berbagi informasi asam garam cara memperoleh sertifikat pendidik. Sertifikat ini kelak dapat melabelkan profesional dengan gelar tambahan 'Gr' di belakang gelar pendidikan guru jika lulus ujian pengetahuan.
Untuk dapat dampai pada ujian pengetahuan, guru harus lolos kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
PPG biasanya terdiri dari belajar daring dan tatap muka di 61 kampus swasta dan negeri yang ditunjuk Kemendikbud selam enam bulan. Namun karena pandemi, sistem tahun 2020 menjadi empat bulan pertemuan dalam jaringan.
Setiap hari, mulai 07.00-17.00 WIB para guru belajar. Tagihan tugas harus dikumpulkan besok paginya pukul 07.00 WIB, begitu seterusnya.
Beberapa dosen dari kampus-kampus negeri, ada yang melanjutkan pertemuan virtual hingga malam hari untuk mencukupkan giliran presentasi +- 30 guru per kelasnya atau untuk presentasi hasil revisi. Setiap hari. Kecuali 17 Agustus 2020. Hari kemerdekaan.
Para peserta PPGkebanyakan hilang selera makan. Ada yang jatuh sakit. Ada yang keguguran. Ada yang hilang ingatan. Ada yang-turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan-meningggal karena pecah pembuluh darah terlalu capai mengerjakan tagihan tugas sepanjang bulan.
Selalu di depan laptop. Selalu menguras otak. Rasa khawatir tak cukup waktu mengejar tenggat waktu pengumpulan tugas sudah menjadi kebiasaan. Anak suami terabai. Anak istri tak terpedulikan.
Pada tahun 2020 pendidikan berbasis abad 21 dan revolusi industri 4,0. Peserta didiknya pun yakni generasi Z yang canggih tapi mudah teralih perhatiannya dan ingin segala sesuatunya instan. Tantangan ini membuat peserta PPG 2020 harus lebih canggih.
Pertemuan virtual menjadi standar KBM dengan zoom, google meet atau platform lainnya.Â
Rencana pembelajaran harus didisain sesuai kata kerja operasional kerangka berpikir tingkat tinggi. Mengingat, memahami dan menerapkan tidak lagi memampukan generasi Z menghadapi tantangan dunia serba internet.
Guru diwajibkan mencerdaskan dan memampukan peserta didiknya dengan menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.
Media ajar tak cukup hanya dengan presentasi power point. Guru membuat video bahan ajar sendiri dengan merekam, mengedit penjelasannya sendiri atau dengan animasi atau avatar plus narasi dan musik agar menarik. Guru di PPG angkatan 2020 tiba-tiba menjadi aktor, sutradara, penulis naskah sekaligus video editor.
Alat penguji pemahaman pun bukan lagi berupa kertas melainkan quizziz, kahoo, google form, atau lainnya.
Semua dilakukan demi generasi Z sang generasi emas kelak yang akan menjaga negeri ini pada tahun 2045.
Sesudah dirasa mampu mendisain pembelajaran inovatif untuk menyesuaikan era internet oleh dosen dan guru pamong, guru mempraktikkan rencana ajarnya.
Hasilnya dilaporkan berbentuk video berdurasi 10 menit untuk peer-teaching, praktik mengajar siklus satu, siklus dua, siklus tiga, dan uji kinerja yang berdurasi 30-40 menit.
Empat bulan bergelimpangan tugas, disegel dengan ujian pengetahuan berdurasi 3 jam untuk 120 soal. Wajarlah jika mereka berharap empat bulan itu diganjar kelulusan sehingga mereka dapat tunjangan uang sebesar gaji sebulan bagi PNS atau 1,5 juta untuk guru honorer per bulannya.
Kenyataan dan kehidupan berjalan bergandengan ketimbang harapan. Yang lulus bersyukur dan sibuk memvalidasi jam mengajarnya agar 24 JP. Yang belum lulus diberi kesempatan mengulang hingga tiga tahun ke depan.
Sebuah kiriman yang mengatakan kurang lebih:
bahwa ada seorang Mas Bro yang terhitung jarang turut serta pertemuan virtual dengan dosen, tugas juga sering terlambat, tetapi lulus UP.
"Beruntung sekali dia." Begitu kata sang pengirim menggunakan kalimat kapital menunjukkan rasa jengkel.
Merujuk pada keringat dan pikiran guru selama kelas daring yang menjadi tak berguna hanya karena tidak lulus pada sebuah uji pengetahuan.*
Verifikasi ijazah digalakkan agar guru dapat memanfaatkan saringan PPPK yang serentak dengan CPNS 2021.
Diberitakan PPPK untuk memperluas kesempatan memakmurkan guru-guru yang sudah berusia lebih dari 35 tahun. CPNS menjadi peluang bagi yang berusia 35 tahun ke bawah.
Tiba-tiba headline berita memunculkan "Tidak Akan Ada Formasi CPNS bagi Guru di 2021." dengan alasan guru PNS sering mutasi sana sini yang mengacaukan pemetaan, dan juga alasan lainnya.
PGRI pun mengirimkam surat permohonan untuk peninjauan ulang hasil keputusan empat menteri itu. Hasil pun belum jelas.
Demikianlah kisah-kisah tentang adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H