Para peserta PPGkebanyakan hilang selera makan. Ada yang jatuh sakit. Ada yang keguguran. Ada yang hilang ingatan. Ada yang-turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan-meningggal karena pecah pembuluh darah terlalu capai mengerjakan tagihan tugas sepanjang bulan.
Selalu di depan laptop. Selalu menguras otak. Rasa khawatir tak cukup waktu mengejar tenggat waktu pengumpulan tugas sudah menjadi kebiasaan. Anak suami terabai. Anak istri tak terpedulikan.
Pada tahun 2020 pendidikan berbasis abad 21 dan revolusi industri 4,0. Peserta didiknya pun yakni generasi Z yang canggih tapi mudah teralih perhatiannya dan ingin segala sesuatunya instan. Tantangan ini membuat peserta PPG 2020 harus lebih canggih.
Pertemuan virtual menjadi standar KBM dengan zoom, google meet atau platform lainnya.Â
Rencana pembelajaran harus didisain sesuai kata kerja operasional kerangka berpikir tingkat tinggi. Mengingat, memahami dan menerapkan tidak lagi memampukan generasi Z menghadapi tantangan dunia serba internet.
Guru diwajibkan mencerdaskan dan memampukan peserta didiknya dengan menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.
Media ajar tak cukup hanya dengan presentasi power point. Guru membuat video bahan ajar sendiri dengan merekam, mengedit penjelasannya sendiri atau dengan animasi atau avatar plus narasi dan musik agar menarik. Guru di PPG angkatan 2020 tiba-tiba menjadi aktor, sutradara, penulis naskah sekaligus video editor.
Alat penguji pemahaman pun bukan lagi berupa kertas melainkan quizziz, kahoo, google form, atau lainnya.
Semua dilakukan demi generasi Z sang generasi emas kelak yang akan menjaga negeri ini pada tahun 2045.
Sesudah dirasa mampu mendisain pembelajaran inovatif untuk menyesuaikan era internet oleh dosen dan guru pamong, guru mempraktikkan rencana ajarnya.
Hasilnya dilaporkan berbentuk video berdurasi 10 menit untuk peer-teaching, praktik mengajar siklus satu, siklus dua, siklus tiga, dan uji kinerja yang berdurasi 30-40 menit.