Jika ada pekerja museum yang berprestasi maka bolehlah diberikan tiket gratis untuk belajar ke luar negeri. Ketimbang membiayai studi banding ke luar negeri yang hasilnya seringkali nol ya mendingan dibuat kompetisi sekalian biar adil.
Apakah saya utopis? Bisa jadi iya. Tapi daripada berlama-lama mengharapkan dana dari pemerintah untuk membenahi koleksi museum lebih baik memikirkan hal-hal kecil untuk mengembangkan museum.
Hal yang tak kalah penting ialah terkait dengan kepala museum. Orang yang mengisi jabatan itu harusnya punya inisiatif-inisiatif spektakuler macam beberapa kepala daerah saat ini. Harus ada terobosan dan niat untuk bekerja seperti slogan yang selalu disebut-sebut oleh kepala negara, “Kerja Kerja Kerja!”
Semua pihak hendaknya mulai menyadari bahwa museum ini aset penting untuk mendongkrak dunia pariwisata Indonesia. Kita selayaknya selalu memperbaiki produk, mengemasnya, dan memasarkannya. Seperti sebuah lingkaran yang tak terputus. Proses kreatif harus selalu dilakukan. Sehingga orang datang ke sebuah tempat di Indonesia lagi-lagi bukan karena keindahan alam semata melainkan karena sisi sejarah, heritage, dan budaya yang ditawarkan.
Semoga Kementerian Pariwisata bisa mempelajari apa saja yang sudah dilakukan pemerintah Singapura dalam hal mengembangkan sektor pariwisata. Jadilah pedagang yang cerdas, yang menguasai produk yang akan dijualnya, tahu cara mengemasnya, dan paham strategi pemasarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H