Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kutukan Kucing dan Cinta yang Ikhlas

11 April 2024   21:39 Diperbarui: 15 April 2024   20:09 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak lama penduduk desa sini terkutuk menjadi kucing. Maka tak heran orang- orang yang datang menjuluki "Village of Cat".  Kata seorang kakek, yang duduk di kursi sambil menatap salah satu kucing.

Tahun 1875 aku mengenalmu melalui sebuah pesta di Kafr Nabl, Suriah. Aku megenakan jaket hitam yang molek yang mungkin menggodamu, sedangkan engkau dengan baju hitam, mata yang sayu, bibir yang merah menyapaku dalam sebuah acara. 

Kau sedikit terdiam merenung sepi, sedangkan aku memperhatikanmu terus- menerus. Pesta ini adalah pesta musim panas, namaku Erick seorang pedagang, yang sedang mencari rumah penginapan.

Dan aku memilih daerah Suriah untuk melewati jalanku berdagang. Tetapi kau malah membuatku nyaman di negara ini. Kau megajarkanku banyak arti kasih sayang, terutama pada diri sendiri. 

Namamu Alice seorang gadis pengacara hukum. Dengan kelihaianmu berbicara di depan banyak orang terkadang aku mengagumimu dalam diam.

Kita disini di alun-alun kota dengan pesta musiman, berkenalan hingga aku lupa bahwasanya disini hanya perjalanan. Lagi pula aku adalah seorang pedagang. 

Dua minggu aku kenal denganmu, terasa singkat engkau telah mengambil hatiku. Hari- hati terasa berlalu, semua terasa singkat. Ketika itu tepat di hari minggu, aku dan kamu ingin mengunjungimu ke desa yang ramai, penuh kasih sayang. Tapi juga banyak kriminalitas disini.

Kita bertemu dengan penjaga kedai kafe bernama SIR Thomas. Ia menceritakan asal- usul desa ini. Kita berdua menyimak cerita yang dijelaskanya. 

Bahwasanya dulu ada seorang penyihir di kota ini yang setiap malam bulan purnama penyihir itu keluar, dan memaki- maki penduduk desa hingga setiap penduduk desa itu mengalami sakit. Itu semua akibat perkataan penyihir itu.

Di kafe yang sederhana, lampion- lampion kuning, tembok yang hanya terhias minimalis. Menikmati malam Aku dan kau menikmati setiap cerita darinya, hingga aku sempat ingin mencuri matamu, tapi kau malah mencuri rasaku dengan senyumu.

Aku lupa untuk menyadari pantangan, bahwasanya di suatu tempat di pinggiran kota ada sebuah kebun kuno yang sudah lama tidak dijamah oleh keberadaan manusia.

Malam itu juga, aku bercerita degan Alice tentang cerita kuno legenda dewa yunani kasih sayang. Armor atau Kupido, dewa yang digambarkan membawa panah, yang biasanya memanahkan kasih sayang ke arah hati setiap manusia.

Konon Dewa Kupido pernah datang ke sini, memberikan rahmat rejeki selalu, menembakan kasih sayang ke penduduk sekitar, karena keajegan penduduk untuk memelihara kucing, tapi ada satu penduduk yang malah membunuhi kucing- kucing penduduk lainya. Yang konon akhirnya, ia kini menjadi penyihir dan pengutuk, entah mengapa penyihir itu membenci para kucing.

Selesai berbicara sangat lama dan bercerita hingga tengah malam, kita memutuskan untuk pulang kembali ke rumah masing- masing. Selasa kita bertemu lagi, di kafe, tapi tidak lama, kita masih penasaran dan ingin mengunjungi kebun tersebut, dalam perjalanan dekat kebun tersebut.

Ketika sedang asyiknya berdua di kebun terlarang itu, tiba- tiba kita berdua melihat seekor kucing, dan kau menyentuhnya dan mengelus bulunya yang tebal. Aku lupa memperingatkanmu bahwasanya tempat itu sakral dan mistik jangan sampai menyentuh hal yang semestinya dilarang.

Kemudian langit berubah bergemuruh, pohon- pohon bergoyang terkena angin, suara tertawa muncul dari langit dengan sebongkah sapu terbang dan sesosok pria berjubah. Ternyata itu adalah penyihir. 

"Sangat bodoh sekali !!, Hahahaha.. kau telah mengutuk penduduk desa disini, maka tidak akan lama, semuanya akan menjadi kucing, sebab dulu akulah pemilik kucing- kucing itu yang akhirnya disembah penduduk desa disini, karena kucing disini sangat disakralkan karena memiliki mukjizat, misca cadabra !!!".

Erick melihat dunia menjadi kabur, warna- warna menjadi gelap, kemudian tubuhnya mendadak lemas, dan ia pun pingsan. Ketika dalam pingsan itu, Erick melihat Alice menjadi gadis yang cantiknya tiada tara, ia berjalan dan berdansa di kebun itu. 

Seharian pingsan, Erick bangun, melihat semuanya telah berubah. Kafr Nabl, penduduknya berubah menjadi kucing- kucing yang berkeliaran. Hanya dia yang menjadi manusia.

Erick sadar, bahwa dirinya telah kehilangan Alice, ia mencari didekatnya tidak ada, padahal kejadian itu, ia masih bersamanya.  Ia menangis, mencari keberadaan Alice, semuanya menjadi kucing, yang hanya mengeong meminta belas kasihan Erick. Kemudian Erick berjalan- jalan berharap ada seseorang manusia, tapi tidak ada sama sekali, ia kini putus asa hanya menuruti jalan dan desa Kafr Nabl. Ia sendirian, murung, badanya tidak terurus, berhari- hari hatinya terlantung mencari keberadaan Alice.

Besoknya sampai di tengah kota, ia murung menatap menara kota. Dan ketika dalam kegalauan dan kerisauanya, tiba- tiba ia mendegar suara Alice dari kejauhan. Tapi setelah sadar hanya ada kucing- kucing yang mengeong meminta makan, ia memelihara dan memberi makan kucing- kucing di dekatnya.

Sudah sebulan seminggu, ia selalu berkhayal Alice kembali, ia kerap mendegar suaranya tapi tetap suara itu hanya suara kucing yang mengeong meminta belas kasihan. Sebenarnya Erick lah yang harus dibelas kasihani, mengapa harus menanggung kutukan ini dalam kalbunya.

Desa ini penuh misteri, mengapa Dewa Kupido sampai kesini, dan ada apa hubunganya dengan Penyihir. Erick berjalan kesana- kemari berharap Alice ketemu di desa yang kecil, penuh gersang ini. Kala dalam kesedihan yang panjang ia berdoa di dekat kebun agar Alice kembali. Dewa mengabulkanya, tapi yang datang dirinya adalah seekor kucing persia berwarna putih dengan mata biru, perlahan menghampirinya dan mendekatinya mengeluskan kepala dikakinya.

"Alice!?.. ini pasti Alice.."

"Miaw.. miaw.." (dengan wajah lugu, dan imut kucing itu menatap Erick)

" Alice.. kemana kau pergi, aku menyayangimu, aku merindukanmu, ayo kembali ke rumah"

Entah gila apa, erick tiba- tiba ingin membawa kucing persia putih itu ke rumahnya, padahal ia hampir sama dengan penduduk yang dikutuk menjadi kucing. Setiap hari ia beri makan, ia elus kepalanya, ia ajak bicara, ia ajak jalan.

Sampai pada tengah kota, ia berbicara dengan kucing itu, ia mengatakan mencitai Alice apapun bentuknya, ia memeluk erat dan menangis. Tak terasa, tetes air mata jatuh mengenai wajah kucing lucu dan cantik itu. Kabut datang tiba- tiba, Erick berkhayal Alice sedang memeluk dirinya dan mencium pipinya.

"Aku mencintaimu Alice kembalilah.."

Ia hanya merasakan kehadiran Alice sekejap, kemudian Alice menjadi kucing kembali. Ia menangis, tetapi ia harus merawat kucing itu, menemaninya sampai kutukan ini selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun