Sudah sebulan seminggu, ia selalu berkhayal Alice kembali, ia kerap mendegar suaranya tapi tetap suara itu hanya suara kucing yang mengeong meminta belas kasihan. Sebenarnya Erick lah yang harus dibelas kasihani, mengapa harus menanggung kutukan ini dalam kalbunya.
Desa ini penuh misteri, mengapa Dewa Kupido sampai kesini, dan ada apa hubunganya dengan Penyihir. Erick berjalan kesana- kemari berharap Alice ketemu di desa yang kecil, penuh gersang ini. Kala dalam kesedihan yang panjang ia berdoa di dekat kebun agar Alice kembali. Dewa mengabulkanya, tapi yang datang dirinya adalah seekor kucing persia berwarna putih dengan mata biru, perlahan menghampirinya dan mendekatinya mengeluskan kepala dikakinya.
"Alice!?.. ini pasti Alice.."
"Miaw.. miaw.." (dengan wajah lugu, dan imut kucing itu menatap Erick)
" Alice.. kemana kau pergi, aku menyayangimu, aku merindukanmu, ayo kembali ke rumah"
Entah gila apa, erick tiba- tiba ingin membawa kucing persia putih itu ke rumahnya, padahal ia hampir sama dengan penduduk yang dikutuk menjadi kucing. Setiap hari ia beri makan, ia elus kepalanya, ia ajak bicara, ia ajak jalan.
Sampai pada tengah kota, ia berbicara dengan kucing itu, ia mengatakan mencitai Alice apapun bentuknya, ia memeluk erat dan menangis. Tak terasa, tetes air mata jatuh mengenai wajah kucing lucu dan cantik itu. Kabut datang tiba- tiba, Erick berkhayal Alice sedang memeluk dirinya dan mencium pipinya.
"Aku mencintaimu Alice kembalilah.."
Ia hanya merasakan kehadiran Alice sekejap, kemudian Alice menjadi kucing kembali. Ia menangis, tetapi ia harus merawat kucing itu, menemaninya sampai kutukan ini selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H