Sebelumnya sudah berapa lama keramaian ini tak berhenti- henti. Sejak kau memutuskan pergi jauh dari rumah ini, ruang tamunya tak berhenti bergejolak, aku tahu adele, hatimu tak selalu teguhkan?.
Tetapi mau apa lagi matahari terbit menjemputmu di negeri asing, kau tidak memiliki siapapun setelah kedua orang kesayanganmu terbaring di pemakaman.
Aku tahu kau ingin melarikan diri, dari kota kesepian ini, jauh mengembara mencari kehangatan di hatimu. Tetapi, bagaimana lagi, aku David hanyalah teman yang setia mendengarmu, berulang- ulang kali cerita.
Aku bukan siapapun di matamu, tetapi setelah kau pergi jauh, harum keringatmu tidak lagi tercium pula. Semakin ramai rumah ini, tak tahu harus bagaimana.
Aku yang terduduk di teras melamun kehidupan yang kian mengenaskan. kau hidup sebatang kara, sedangkan aku hidup dengan satu- satunya saudara, yakni adik kecilku berumur 10 tahun. Aku memang akhir- akhir setelah kau bingung mau cerita kemana, aku sibuk bekerja. Menjadi pelayan di kafe, hanya untuk mencari penghidupanku dan adik ku, lagian ketika ada uang sisa aku selalu memberikanmu Pizza kesukaanmu adele.
Tetapi kini setelah kepergianmu, kau tak mengerti diriku, aku tak mengerti dirimu, lantas bagaimana kita harus bercerita kembali?. Seperti kedua burung yang berkicau menceritakan padi yang matang menguning.
Tanpa dikira, tanpa ditebak, angin kabar melesat di media komunikasi, katanya kau telah sukses, menjadi seorang pianist handal, kau membawakan lagu yang menyentuh rumah ini. "Not You" Judulnya, perlahan- lahan tapi pasti harapanku hanya ingin bertemu denganmu.
Aku yang hanya seorang barista ini, hanya berdiam diri disini berharap kau dapat mengingatku lagi, walau sebenarnya kau tidak butuh itu. Ketika Malam mulai tiba, seorang pengantar surat memberikan ku sebuah surat, dan aku bahagia, aku menebaknya ini pasti dari dirimu.
Benar saja, ketika aku buka, keharuman itu membekas dalam setiap goresan tintanya. Kau mengajakku untuk bertemu di sebuah pantai. Baiklah saat yang tepat untuk mengatakan keadaan rumah ini, walau aku berada dalam kebimbangan, kau akan membakar rumahku atau menghiasinya.
Esoknya, pukul 16.00 pm pagi di pantai Lost Angels, aku menunggumu dengan jaket polo yang ku pakai seperti biasanya, memang aku hari ini tidak memiliki baju baru untuk menyambutmu, tetapi yang ku inginkan hanya dirimu.Â
Dari arah selatan, sejenak ku melihat mobil mercedes, dan seorang perempuan, berambut pirang, bermata biru nikel, melambai ku dan berlari memeluk ku.
Sungguh kebahagiaan yang tiada tara, pelangi mengitari kita dengan warnanya, wajahku kembali bersemangat, kita cerita demi cerita, dengan sajian mix coffe, kita menatap matahari. Dan aku mengatakan,
"Adele, ku kira sudah lama aku menunggumu"
"Ah kau bohong, hanya sebentar saja kok, eh lihat matahari semakin pudar" dari raut adele memancarkan ketenangan dan keindahan.
"Bukan, sebelum kau pergi, maafkan aku yang tidak ada waktu untukmu"
"Hmm tidak apa- apa kok, eh ini ada undangan music fest, besok aku tampil, datang yah.. aku hari- hari ini seneng banget karena ada yang mendekatiku, konon akan melamarku" Raut wajah yang cerah dan berbunga- bunga. Tapi seketika itu juga matahari mulai meredam cahayanya, dan hati ini memang di takdirkan akan pergi bersama mentari, padahal aku mau mengatakan aku mencintainya.
"Ini.. pizza kesukaanmu, makanlah"
"Emmm.. terimakasihh, kau selalu baik denganku, aku tidak akan lupa denganmu"
"Adele.. makanlah setelah itu aku akan bercerita"
Mentari hanya tinggal setengah saja di ufuk mata. David berkaca- kaca ketika akan menceritakanya,
"Adele, lihatlah matahari akan terbenam, begitupun cerita- cerita yang telah dibuat. Kehidupan ini, seperti matahari, bila tidak bisa menyinari, setidaknya tenggelam pun tak mengapa, malam memberikan suguhan kedamaian."
"Kau bicara apa david.. aku tak mengerti.."
*Batuk- batuk* David memberikan sebuah kertas untuk Adele, ia mengatakan bahwa ia harus membukanya ketika penampilanya telah tiba.
Malam sudah datang mereka berpamitan dan berpelukan, seperti biasanya sepanjang pulang, keduanya melamun akan mentari yang terbenam.Â
Hari itu telah tiba 22 Maret , penampilanya telah dinanti- nantikan, penonton antusias menyambutnya, pada hari ini ia menyanyikan lagu berjudul Happier dari Olivia Rodrigo, dengan penuh perasaan dan suara yang halus, ketukan piano mengiringi suaranya itu.
Ketika sampai bait I Hope Your Happy, ia spontan membuka tulisan yang selama ini menghantuinya. Tulisan itu berkata "Maaf Adele, hari ini seperti mentari, ia terlalu membara untuk membakar dirinya, aku menderita Bronkitis Akut, Tuhan telah mentakdirkan aku untuk tenggelam bersama mentari yang kita tatap itu, sebenarnya dalam doa dan hati ini, mencintaimu, See You Later". Adele langsung berhenti bernyanyi ia bergegas ke balik panggung, mengangkat telponya, dan menghubungi adek David.Â
Tanpa sepatah kata tersusun, adek david mengabarkan bahwasanya david telah meninggal sehari sebelum ia tampil. Ia berdoa di gereja, membawa foto seorang wanita yang cantik, yaitu Adele. Ia jatuh tersungkur, karena penyakit akutnya.
Pada saat itu air mata jatuh tidak bisa dibendung, cinta tidak mungkin untuk ditipu, ia berjalan menyusuri tulisan david, membasahi kedua pipinya yang lugu itu. Ia menangis, hanya penyesalan di dada.
Kini ia hanya mendekam tulisan See You Later.
Dan ia datang di batu nisan david membawakan sekuntum bunga, dan pizza kesukaanya. Ia mencium nissan, mengatakan "Tunggu, Aku disana".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H