Dari arah selatan, sejenak ku melihat mobil mercedes, dan seorang perempuan, berambut pirang, bermata biru nikel, melambai ku dan berlari memeluk ku.
Sungguh kebahagiaan yang tiada tara, pelangi mengitari kita dengan warnanya, wajahku kembali bersemangat, kita cerita demi cerita, dengan sajian mix coffe, kita menatap matahari. Dan aku mengatakan,
"Adele, ku kira sudah lama aku menunggumu"
"Ah kau bohong, hanya sebentar saja kok, eh lihat matahari semakin pudar" dari raut adele memancarkan ketenangan dan keindahan.
"Bukan, sebelum kau pergi, maafkan aku yang tidak ada waktu untukmu"
"Hmm tidak apa- apa kok, eh ini ada undangan music fest, besok aku tampil, datang yah.. aku hari- hari ini seneng banget karena ada yang mendekatiku, konon akan melamarku" Raut wajah yang cerah dan berbunga- bunga. Tapi seketika itu juga matahari mulai meredam cahayanya, dan hati ini memang di takdirkan akan pergi bersama mentari, padahal aku mau mengatakan aku mencintainya.
"Ini.. pizza kesukaanmu, makanlah"
"Emmm.. terimakasihh, kau selalu baik denganku, aku tidak akan lupa denganmu"
"Adele.. makanlah setelah itu aku akan bercerita"
Mentari hanya tinggal setengah saja di ufuk mata. David berkaca- kaca ketika akan menceritakanya,
"Adele, lihatlah matahari akan terbenam, begitupun cerita- cerita yang telah dibuat. Kehidupan ini, seperti matahari, bila tidak bisa menyinari, setidaknya tenggelam pun tak mengapa, malam memberikan suguhan kedamaian."