Mohon tunggu...
Eko Kristie
Eko Kristie Mohon Tunggu... Guru - Payung itu melindungi diri. Payung itu norma, tradisi, agama, dan segala sesuatu yang menjadikan hidup semakin nyaman.

Pada mulanya adalah kata-kata. Itulah awal Tuhan Allah mengenalkan dunia. Ayo, saling mengenal untuk memuliakan karya agung-Nya!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perlukah Nasihat untuk Bencana?

24 Oktober 2018   13:04 Diperbarui: 24 Oktober 2018   13:12 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bencana di Nusantara itu bukan pencobaan Tuhan. 

Dia tidak akan pernah mencelakai hidup manusia. 

Dia telah punya segalanya sejak awal hidup manusia. 

Dia tidak pernah murka kepada umat-Nya.

Bencana adalah bagian dari cara kerja semesta. 

Manusia yang paham rasa cinta akan berupaya belajar gulir roda alam raya. 

Ketidakmampuan mendekati cuaca, iklim, dan gerak-gerik bumi seisinya -- sisi lain dari ketakayalan. 

Jangan saling memandang bodoh, kecuali pada kebodohan yang sengaja diciptakan. 

Jangan saling tuduh, kecuali memang tak patuh pada keberadaan ruh. 

Mari, jaga hati agar tetap menjadi pelita dalam derita. 

Mari, menenangkan akal budi agar situasi tetap terkendali secara insan.

Inilah saat untuk bahu-membahu, menyelaraskan bebendu. 

Membuang keinginan untuk dipuji dengan cara promosi. 

Menepis rasa simpati yang hadir sekadar berjanji. 

Menolak cara tamak dalam mencabut onak. 

Jangan bosan mencari kearifan.

Bongkah-bongkah reruntuhan tidak cukup disorot dengan kamera pandang. 

Suara erang dan kesakitan tidak akan memadai untuk ditayangkan. 

Apalagi, kematian yang terus terjadi, takkan pernah solusi tanpa campur tangan nurani. 

Segera sampaikan uang dan barang menjadi cadangan hidup mendatang. 

Ulurkan tangan yang tulus untuk memupus rasa rakus yang tetap saja memberangus stimulus.

Hei, aku tidak butuh janjimu.

Hoi, aku tidak perlu sesumbarmu.

Terus, apa yang bisa kulakukan? 

Berdoa, rupanya juga mengobati luka. 

Menyuapi tanpa pamrih, apalagi dengan rendah hati -- cepat memulihkan hidup rohani. 

Menyalami dengan sikap nyaman telah membuat aman hasrat yang hampir padam. 

Menyatroni dengan keadaran diri mendorong orang untuk cepat-cepat menyambut hari nanti.

Sssttt, kau sudah menyumbang apa?

Sssttt, kau telah berdoa untuk mereka?

Sssttt, diammu adalah dosa yang menimbun lara.

Sssttt, kau sudah coba berbuat apa?

Sssttt, ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun