Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Author: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tumbuhkan Budaya Malu Melalui 4 Cara Ini!

3 April 2022   13:48 Diperbarui: 10 April 2022   08:57 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajarkan anak budaya malu.| Photo by Amina Filkins from www.pexels.com

"Setelah berusia tua, Socrates belajar musik. Lalu ada orang berkata padanya, "Apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?". Dia menjawab, "Aku merasa lebih malu menjadi orang yang bodoh di usia tua." -- Socrates, Filsuf dari Yunani 469 SM - 399 SM

Akankah kamu merasa malu jika melakukan hal-hal yang tidak terpuji? Bila demikian kamu menjadi pribadi yang menghargai citra diri. Sementara ada orang yang merasa tidak malu ketika melakukan keburukan, bahkan kejahatan sekalipun.

Perang antara Rusia dan Ukraina telah membawa kisah kemanusiaan yang mengharukan. Adalah Mikhael Golubtsov, seorang warna negara Rusia yang memiliki hotel di Serbia yang menawarkan kamar hotelnya untuk digunakan para pengungsi Ukrania yang berlindung di Serbia secara gratis.

Pada awalnya Golubtsov terkejut Rusia melakukan invasi ke Ukraina dan berinisiatif kamar hotelnya digunakan untuk menampung para pengungsi Ukraina yang sebenarnya sebagai musuh Rusia.

PBB mencatat terdapat 3,8 juta warga Ukraina mengungsi ke berbagai negara yaitu Polandia, Rumania, dan Serbia. Di Serbia sendiri, ada sekitar 2.500 orang yang mengungsi sejak meletusnya perang.

Pada tahun 2014 saat peristiwa Rusia mengambil alih Krimea dari Ukraina, Golubtsov (58) memutuskan hengkang dari negeri beruang merah itu dan merintis usaha hotel di pinggiran Serbia.

Apa sebenarnya yang menjadi motivasi Golubtsov menolong para pengungsi? Dalam keterangannya ia mengaku merasa malu dengan negaranya Rusia yang menginvasi Ukraina. Itu sebagai bukti kecintaannya pada negara dan sikap moralitas yang tinggi.

Sepintas motivasi Golubtsov sepele, hanya karena merasa malu, namun berdampak besar bagi kepentingan orang banyak. Ia telah menolong banyak orang yang mengalami kesusahan dan sikapnya telah menjadi perhatian dunia, seperti yang diberitakan kantor berita Reuters.

Hotel dari Golubtsov memberikan kamar gratis, (Sumber picture taken March 25, 2022. REUTERS/Fatos Bytyci)
Hotel dari Golubtsov memberikan kamar gratis, (Sumber picture taken March 25, 2022. REUTERS/Fatos Bytyci)

Sikap malu dimengerti sebagai merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya).

Malu merupakan tindakan mulia, malu dapat mengendalikan kita untuk tidak berbuat buruk, karena ada nilai-nilai dalam dirinya yang mesti dipertahankan. Mereka tidak enak hati jika harus melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai hidupnya.

Dalam penerapannya sikap malu misalnya ditunjukkan: malu jika kita terlambat masuk kantor, malu kalau pekerjaan tidak beres, malau bila harus berbohong, malu apabila mesti marah, malu jika tidak jujur, dan sebagainya.

Lantas bagaimanakah caranya kita memiliki budaya malu?

Pertama, Menemukan nilai-nilai

Menemukan nilai-nilai yang positif dalam kehidupan akan berperan penting dalam mepertimbangkan setiap tindakan yang kita lakukan. Nilai-nilai itu misalnya integritas, komitmen, dedikasi, loyalitas, pengabdian, pengorbanan, dan cinta kasih.

Nilai-nilai dapat kita temukan melalui ajaran-ajaran dari orangtua, guru, dan senior. Juga melalui bacaan berkonten agama dan humaniora. Dengan menemukan dan menyimpan nilai-nilai yang positif maka akan mengubah perspektif dan tindakan kita.

Kedua, Memiliki citra diri

Citra diri merupakan gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi kita, melalui konsep yang dibentuk di dalam pikiran mengenai gambaran seperti apa kita sebagai manusia. Gambaran yang ada cenderung tidak berubah, kecuali ada kesungguhan untuk mengubahnya.

Dengan demikian citra diri saat ini dibentuk oleh cara berpikir dan apa yang diyakini. Jika kita ingin mengubahnya juga membutuhkan waktu yang panjang dengan pembaruan keyakinan-keyakinan baru dan gambaran baru yang ingin diwujudkan.

Ketiga, Sikap kepedulian

Orang yang memiliki budaya malu adalah mereka yang memiliki kepedulian dengan sesama. Mereka tidak hanya mementingkan dan memperhatikan kepentingan pribadi, namun juga orang-orang di sekitar.

Sikap kepedulian hanya dimiliki orang-orang yang berempati dan memiliki belas kasihan. Mereka merasa bahagia jika dapat menolong orang yang mengalami kesusahan. Ia sadar hidupnya mesti menjadi manfaat bagi orang lain.

Keempat, Belajar ikhlas

Mereka yang memiliki budaya malu adalah orang-orang yang yang memiliki ketulusan, menolong sesama tanpa pamrih dan tidak mengharapkan balasan. Dia meyakini apa yang dilakukan tidak akan sia-sia.

Ketulusan juga berbicara tidak menyimpan dusta dan bertindak dengan jujur. Dia tidak mau melakukan keburukan meskipun tidak ada orang yang melihatnya. Dia ada kesempatan untuk melakukan penyimpangan yang menguntungkan pribadi, namun tidak melakukannya.

***

Sebagai makhluk bertuhan sudah sewajarnya kita berjuang untuk memiliki budaya malu dalam kehidupan ini. Sikap malu merupakan tindakan mulia yang membawa kita menjadi pribadi yang agung.

Di tengah-tengah dunia yang semakin individualistis dan materialistis ini dunia menantikan orang-orang yang memiliki budaya malu, yang akan memberikan warna baru dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. (KB)

Rujukan:

www.reuters.com. (March 30, 2022). Russian hotel owner shelters Ukrainian refugees in Serbia, by Aleksandar Vasovic and Fatos Bytyci. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun