Malu merupakan tindakan mulia, malu dapat mengendalikan kita untuk tidak berbuat buruk, karena ada nilai-nilai dalam dirinya yang mesti dipertahankan. Mereka tidak enak hati jika harus melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai hidupnya.
Dalam penerapannya sikap malu misalnya ditunjukkan: malu jika kita terlambat masuk kantor, malu kalau pekerjaan tidak beres, malau bila harus berbohong, malu apabila mesti marah, malu jika tidak jujur, dan sebagainya.
Lantas bagaimanakah caranya kita memiliki budaya malu?
Pertama, Menemukan nilai-nilai
Menemukan nilai-nilai yang positif dalam kehidupan akan berperan penting dalam mepertimbangkan setiap tindakan yang kita lakukan. Nilai-nilai itu misalnya integritas, komitmen, dedikasi, loyalitas, pengabdian, pengorbanan, dan cinta kasih.
Nilai-nilai dapat kita temukan melalui ajaran-ajaran dari orangtua, guru, dan senior. Juga melalui bacaan berkonten agama dan humaniora. Dengan menemukan dan menyimpan nilai-nilai yang positif maka akan mengubah perspektif dan tindakan kita.
Kedua, Memiliki citra diri
Citra diri merupakan gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi kita, melalui konsep yang dibentuk di dalam pikiran mengenai gambaran seperti apa kita sebagai manusia. Gambaran yang ada cenderung tidak berubah, kecuali ada kesungguhan untuk mengubahnya.
Dengan demikian citra diri saat ini dibentuk oleh cara berpikir dan apa yang diyakini. Jika kita ingin mengubahnya juga membutuhkan waktu yang panjang dengan pembaruan keyakinan-keyakinan baru dan gambaran baru yang ingin diwujudkan.
Ketiga, Sikap kepedulian
Orang yang memiliki budaya malu adalah mereka yang memiliki kepedulian dengan sesama. Mereka tidak hanya mementingkan dan memperhatikan kepentingan pribadi, namun juga orang-orang di sekitar.