Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyingkap 3 Makna Percaya dalam Kehidupan

23 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 27 Februari 2022   09:24 2156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
People photo created by jcomp - www.freepik.com

“Bisakah aku menyeberangi air terjun Niagara ini dengan berjalan di atas seutas tali?” teriak seorang pemain sirkus bertanya kepada penonton yang memadati pertunjukkan akbar itu. “Pasti bisa” teriak para penonton kompak seperti ada yang memberikan komando.

Pemain sirkus itu lantas menaiki tangga dengan tenang sembari meminta dukungan tepuk tangan kepada segenap penonton. Setelah memegang sebilah tongkat yang dipegang kedua tangannya untuk menjaga keseimbangan, laki-laki itu memulai aksinya, langkah demi langkah diayunkan seolah mengikuti irama musik yang dialunkan oleh penyelenggara.

Tanpa disadari ia dapat menyelesaikan pertunjukannya dengan mulus nyaris tanpa halangan hingga mencapai ujung sungai. Penonton dengan riuh mengelu-elukan keberhasilannya dan betepuk tangan penuh antusias.

Pada sesi yang kedua ia kembali menanyakan penonton, “menurut kalian akankah aku bisa menyeberangi sungai ini dengan mata tertutup?” beberapa saat penonton hening, namun mereka kembali memberikan motivasi kepada pemain sirklus itu, “pasti bisa” teriak mereka!

Setelah matanya ditutup kain hitam, pemain sirklus mulai melakukan atraksinya kali ini ia berjalan pelan-pelan penuh perhitungan, langkahnya lebih pendek daripada atraksi sebelumnya. “Hati-hati” seru seorang wanita di dekat tangga, sementara yang lain terdiam sambil menahan nafas.

Akhirnya pemain sirkus itu dapat mengakhiri atraksinya, meskipun memerlukan waktu yang lebih lama dari atraksi sebelumnya. Ia telah berhasil melewati air terjun Niagara di perbatasan Kanada - AS itu dengan seutas tali berdiameter tidak lebih dari empat inci dan panjang sekitar 1.100 kaki.

Ilustrasi akrobatik di air terjun Niagara (Sumber Firstchurches.org)
Ilustrasi akrobatik di air terjun Niagara (Sumber Firstchurches.org)

Penonton berdecak kagum kepada pria bertubuh tegap itu, seraya menunggu kejutan yang akan ditampilkan pada sesi yang terakhir. Setelah rehat beberapa menit, dari ujung mikrofon pria berewok ini menantang penonton sekiranya ada yang bersedia menjadi sukarelawan. “Apakah di antara kamu ada yang bersedia saya gendong menyeberangi sungai ini?” teriaknya bermuka serius.

Semua penonton terdiam dan hanya menatap satu dan lainnya seolah memerintahkan orang lain untuk menunjukkan tangan sebagai tanda kesediaan. Sesaat terdiam dan tidak ada yang berani menjawab, tiba-tiba seorang pemuda maju ke arah panggung dan berkata: “Saya bersedia!” Penonton terdiam sambil menatap heran “berani benar pemuda ini” gumamnya dalam hati.

Dengan lincah dan tanpa ragu-ragu pemuda ini langsung menempel di punggung pemain sirklus dan diikat dengan selembar kain. Kali ini pertunjukkan lebih mendebarkan dibandingkan dengan tontonan sesi pertama dan kedua, karena melibatkan orang lain yang akan menambah kesulitan dalam melakoni aksinya.

Beban di punggung sang akrobatik tidak membuatnya ciut nyalinya, ia melangkahkan kakinya sembari tetap memainkan tongkat yang dipegang kedua tangannya. Sementara itu anak muda yang ada dipunggungnya bagaikan tas ransel gunung yang menempel erat.

Hampir tiga puluh menit pria pemberani itu menyelesaian aksinya di ketinggian 160 kaki dihadapan ribuan tatapan mata yang berdecak kagum. Kali ini yang menjadi sorotan bukan dirinya saja, namun juga anak muda yang ada di punggungnya.

Banyak orang yang mengerumuni pemuda itu dan bertanya “apa yang membuatnya berani melakukan aksi yang berbahaya itu?” Dengan nada datar pemuda itu menjawab: “karena aku tahu kemampuannya maka aku berani.” "Aku tahu kemampuan dia dan aku percaya tidak mungkin dia mencelakakan aku” lanjutnya dengan mata berbinar-binar.

Mereka berpelukan menikmati keberhasilannya dan penonton menyambut pertunjukkan langka itu dengan penuh antusiasme dan kekaguman. “Aku bangga atas keberanianmu,” celetuk sang Akrobatik dan dijawab oleh si pemuda “Aku juga banga bisa menemani di punggungmu.”

Pria akrobatik itu diketahui bernama Charles Blondin asal Saint-Omer, Perancis dan yang digendong itu adalah Harry Colcord, sang manajer yang setia menemaninya dimana pun Blondin tampil, dan peristiwa itu terjadi pada sekitar tahun 1859.

Charles Blondin carrying Harry Colcord across Niagara Falls (Sumber Steemit.com)
Charles Blondin carrying Harry Colcord across Niagara Falls (Sumber Steemit.com)

Kisah klasik tersebut di atas hendak mengingatkan kita akan istilah “kepercayaan.” Sang manajer percaya akan kemampuan Blondin karena telah mengenalnya bertahun-tahun, tidak saja mengetahui keahliannya, namun juga karakter, sifat, komitmen, dan kepribadiannya. Mari kita akan belajar mengenai kepercayaan.

Pengertian Percaya

Percaya dalam KBBI diterjemahkan sebagai mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata; menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada; menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur (tidak jahat dan sebagainya); yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dan sebagainya).

Dari kisah dan terjemahan di atas ada beberapa hal yang dapat kita pelajari:

Pertama, Percaya adalah berani mempercayakan 

Jika kamu akan menitipkan dompet, maka tidak sembarang orang kamu percayakan dompet itu, namun pada orang yang sudah dikenal kredibilitasnya. Sama dengan kisah di atas si manajer mau digendong oleh Blondin, karena ia tahu kemampuannya, sehingga ia percaya akan berhasil.

Kedua, Percaya adalah tindakan

Orang tidak cukup hanya berkata: “saya percaya,” namun tidak menjalankan. Jika kamu percaya pada nakhoda kapal yang akan menyeberangi lautan, maka kamu akan naik kapal itu tanpa ragu. Namun, jika kamu takut dan tidak mau naik ke dalam kapal, berarti kepercayaan kamu patut disangsikan.

Ketiga, Yakin bahwa sesuatu benar

Apabila kita meyakini sesuatu itu benar, maka kita akan melakukannya tanpa keraguan. Misalnya jika kita meyakini aktivitas olahraga itu membuat bugar dan panjang umur, maka kita akan berusaha untuk melakukannya demi kesehatan saat ini maupun masa yang akan datang.

***

Dari ketiga poin di atas jika percaya dihubungkan dengan keberadaan manusia sebagai insan bertuhan, maka kita dapat pahami bahwa, manusia yang percaya kepada Tuhan tidak cukup hanya berkata percaya bahwa Tuhan ada dan berkuasa.

Namun, percaya perlu disertai dengan tindakan keberanian menyerahkan segenap hidup kepada Tuhan, mengubah paradigma dunia dengan paradigma yang datangnya dari Tuhan.

Selanjutnya jika kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan hari depan yang penuh harapan, maka kita akan berjuang untuk melakukan seluruh kehendak-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Mungkin ada sebagian orang yang tidak yakin adanya nirwana yang kekal setelah berakhirnya dunia, ia menganggap dunia berakhir begitu saja dan ketika berpulang maka akan selesai dengan sendirinya. Namun, orang yang yakin adanya nirwana dengan kesadaran penuh akan berjuang untuk bisa masuk. (KB)

Rujukan:

Biografi Charles Blondin, Wikipedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun