Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Author: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024). Menjawab Tantangan Gereja Masa Kini (2024). Pertumbuhan Gereja Melalui Pendekatan Holistik (2025).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Papa, Aku Positif Corona"

29 September 2020   05:36 Diperbarui: 30 September 2020   14:32 4006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasien corona. (Foto : Shutterstock) 

“Papa, aku positif Corona”, Itulah kata-kata yang keluar dari mulut istri, setelah saya bertanya mengapa jam dua siang sudah sampai rumah. Rupa-rupanya hasil positif Corona membuat istri bergegas pulang lebih awal dari biasanya, takut menular ke teman-temannya satu kantor.

Namun jawaban itu membuat saya dan tiga anak saya stres, karena selama ini kami berinteraksi dalam satu rumah yang tidak luas. Sementara saya selaku suami berpotensi besar untuk tertular karena setiap malam tidak pernah tidur terpisah dengan istri.

Langsung saat itu juga saya menyemprot seisi rumah dengan desinfektan sampai berkali kali untuk memastikan virus baik yang menempel atau di udara sirna.

Saya menawarkan pada istri untuk dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 atau tinggal berpisah dengan keluarga namun dia menolak. Karena memang tidak ada keluhan apa-apa kecuali sedikit Vertigo, itu pun sudah terbiasa dialaminya.

Karantina Mandiri

Ilustrasi kesehatan mental saat wabah Virus. FOTO/iStockphoto
Ilustrasi kesehatan mental saat wabah Virus. FOTO/iStockphoto

Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal bersama atau menjalani karantina mandiri dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kami sekeluarga memakai masker 24 jam, mencuci tangan dan menyemprot desinfektan sebelum dan sesudah memakai tempat untuk aktivitas.

Peralatan makan dan minum kami gunakan terpisah, demikian pula tidur untuk sementara waktu terpisah. Kami sengaja tidak melaporkan kepada tetangga dan RT untuk menghindari keriuhan dan takut dijauhi tetangga.

Hal itu akan menambah beban pikiran. Kami hanya memberitahukan kepada keluarga dekat, supaya dapat membantu di dalam doa.

Kami mengurung diri dan tidak keluar rumah untuk menjaga penularan ke banyak orang. Praktis semua aktivitas kami lakukan di rumah, sampai kegiatan olahraga sekalipun.

Kegiatan berjemur di pagi hari yang biasanya saya lakukan sambil berjalan kaki, hanya saya kerjakan di teras rumah dan berusaha untuk tidak kontak dengan orang lain.

Demikian juga dua anak laki-laki saya melakukan olahraga di dalam rumah. Dan istri di sibukkan dengan memasak dan berkebun. Sedangkan anak perempuan asyik dengan laptopnya di kamar.

Tes Swab Gratis

Ilustrasi Covid-19 (Pikiran Rakyat.com)
Ilustrasi Covid-19 (Pikiran Rakyat.com)

Satu hari kemudian tepatnya tanggal 23 September 2020 kami berlima melakukan tes Swab di sebuah Puskesmas di Jakarta Timur. Kebetulan istri saya seorang tenaga medis sehingga punya akses ke Puskesmas tersebut.

Bagi masyarakat umum juga dapat memanfaatkan fasilitas tersebut, dengan syarat punya riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19 dan disertai dengan gejala sakit. Tes tersebut tidak di pungut biaya alias gratis.

Hasil tes Swab bisa diketahui selama tiga sampai dengan empat hari. Biasanya sampel tes akan dikirim ke Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah ) Provinsi DKI Jakarta, satu hari kemudian.

Untuk kalangan tenaga medis dapat melihat hasil tes Swab melalui website Labkesda secara on line. Sedangkan masyarakat umum melalaui Puskesmas di mana sampel diambil.

Pasien OTG

Semula istri saya sempat syok dan tidak habis pikir karena selama bekerja selalu memakai APD (Alat Pelindung Diri) secara lengkap. Ia menduga penularan terjadi saat makan siang ketika APD di lepas.

Istri saya sendiri tidak mengalami penyakit apa-apa atau secara medis disebut OTG (Orang Tanpa Gejala). Dinyatakan positif Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala sakit. Apakah sebagai tanda virus Corona sudah tidak membahayakan lagi?

Saya sendiri menelepon atasan untuk memohon ijin, selaku ODP (Orang Dalam Pemantauan) harus menjalani karantina minimal sampai hasil tes Swab keluar. Dan atasan menjawab dengan bijaksana : jangan panik, tetap tenang dan selalu konsumsi vitamin untuk meningkatkan imun.

Minum Minyak Kayu Putih

Ilustrasi Minyak Kayu Putih (Liputan6.com)
Ilustrasi Minyak Kayu Putih (Liputan6.com)

Berbagai upaya saya lakukan untuk membunuh virus Corona pada tubuh keluarga saya. Sampai seorang saudara menyarankan untuk meminum minyak kayu putih.

Menurut pengakuannya seorang teman satu kantor, bahwa sekeluarga positif Covid-19, akhirnya dirinya minum minyak kayu putih satu sendok dan luar biasa dari hasil tes Swab di nyatakan negatif.

Akhirnya saya membeli minyak kayu putih yang biasa digunakan untuk mengobati masuk angin. Kami sekeluarga minum tiga sampai dengan lima tetes, sebanyak satu sampai tiga kali minum.

Tentunya saya tidak menyarankan hal ini karena belum melalui uji klinis apakah memang minyak kayu putih efektif membunuh virus Corona, namun apabila di teteskan pada masker masih oke. Waktu itu saya nekat karena harus berkejaran dengan penyakit yang menakutkan itu.

Tegang Menunggu Hasil

Kami berlima cukup tegang untuk menunggu hasil tes Swab selama tiga sampai empat hari ke depan. Sampai anak saya nomor dua terserang diare, pada pagi hari saja harus pergi ke kamar mandi sampai lebih dari tujuh kali. Dia bilang Papa ini aku kena virus Corana soalnya diarenya beda dari biasanya.

Istri saya juga sempat terserang Vertigo, anak sulung saya suhu badan sempat naik, membuat saya semakin panik. Walaupun sebagai kepala keluarga berusaha tenang namun tetap ada rasa khawatir yang membuat kepala menjadi berat sebelah.

Dan tepatnya tanggal 26 September 2020, tiga hari setelah tes Swab hasilnya mulai keluar satu persatu. Mirip dengan membuka hasil Simak (Seleksi Masuk) Perguruan Tinggi, harap harap cemas, berhasil atau gagal.

Saya membuka melalui website Labkesda DKI jakarta, dengan memilih menu pasien dan mencari nama dengan mengetik pada kolom yang tersedia. Secara berturut-turut dengan jarak waktu sekitar satu jam ketiga anak saya hasilnya telah keluar dan puji syukur di nyatakan, negatif.

Saya setengah lega karena ketiga anak telah terhindar dari jeratan virus Corona. Walaupun masih harus penasaran dengan hasil saya dan istri.

Sampai larut malam hasilnya belum keluar juga, terpaksa kami harus pergi tidur dengan membawa kecemasan. Dan baru pada tanggal 27 September 2020 pagi hari saya membuka website dan hasilnya saya dan istri, negatif.

Saya sekeluarga lega dan membuat selebrasi pelepasan masker, setelah selama lima hari ke dua telinga harus menarik tali masker. Kami lega dan bersyukur kepada Tuhan karena telah terbebas (sementara) dari virus Corona.

Dari pengalaman tersebut di atas ada dua kemungkinan istri saya sembuh dan juga saya serta tiga anak tidak tertular Covid-19. 

Yang pertama mungkin minyak kayu putih (tidak menyarankan) cukup efektif untuk membunuh virus Corona. Atau kemungkinan kedua karena mukjizat yang Tuhan nyatakan pada keluarga saya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun