Abraham Maslow mengedepankan hierarki kebutuhannya pada tahun 1943, mengirimkan efek riuh melalui seluruh komunitas psikologis. Di bawah teorinya, orang bertindak untuk memenuhi kebutuhan mereka berdasarkan sistem prioritas lima bagian.
Kebutuhan meliputi, dalam urutan kepentingan: physiological  needs, safety needs, love & belonging needs, esteem needs dan actualization needs.
Sekolah bisnis dan kelas pemasaran mengadaptasi teori Maslow untuk menjelaskan kebutuhan untuk menyesuaikan pesan pemasaran kepada konsumen dengan cara tertentu.
Marketing campaign yang sukses tidak hanya membawa kesadaran pada suatu produk tetapi juga membangun tempatnya di suatu tempat berdasarkan hierarki kebutuhan.
Konsumen termotivasi untuk memprioritaskan pembelian pada dasar hierarki, sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk menyusun pesan yang menanamkan rasa kebutuhan atau urgensi pada konsumen.
Pemasar dapat menggunakan teori motivasi kebutuhan dengan sangat efektif dengan menciptakan kebutuhan buatan bagi konsumen.
Theory of Hawkins Stern Impulse Buying
Sementara banyak teori perilaku konsumen fokus pada tindakan rasional, Hawkins Stern sangat percaya pada gagasan perilaku impulsif. Stern berpendapat bahwa impuls/rangsangan pembelian yang tiba-tiba cocok dengan keputusan pembelian rasional untuk melukiskan gambaran lengkap dari konsumen rata-rata.
Pembelian impulsif sebagian besar didorong oleh rangsangan eksternal dan hampir tidak memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan tradisional.
Stern membuat empat kategori pembelian impulsif.
1. Pembelian impuls murni, seperti display permen, minuman dan snack di dekat kasir supermarket.