Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghindari Burnout: Cara Elegan Mengatakan "Tidak" pada Tugas Tambahan

8 Juli 2024   10:21 Diperbarui: 8 Juli 2024   10:54 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman bekerja di dunia pendidikan dan juga pernah terjun di dunia bisnis otomotif sebagai project coordinator di daerah Pondok Indah Jakarta, ternyata burnout bisa terjadi di berbagai bidang pekerjaan dengan berbagai dinamikanya.

Pernah nggak sih kamu merasa seperti terus-terusan kehabisan tenaga, bahkan hanya untuk memulai hari kerja? Atau mungkin kamu mulai merasa nggak termotivasi lagi, meskipun sebelumnya kamu sangat bersemangat dengan pekerjaanmu? Nah, itu bisa jadi tanda-tanda burnout. Burnout adalah kondisi di mana seseorang merasa lelah secara emosional, mental, dan fisik karena stres berlebihan dan berkepanjangan. Ini bukan hanya tentang rasa capek biasa, tapi lebih ke arah kelelahan yang mendalam yang bisa mempengaruhi kesehatan mental dan produktivitas kita.

Bayangkan saja, ketika kita sudah merasa burnout, setiap tugas yang diberikan rasanya seperti beban berat yang semakin membuat kita tenggelam. Fokus dan konsentrasi menurun, performa kerja jadi menurun, dan bahkan hubungan dengan rekan kerja bisa terganggu. Nggak hanya itu, burnout juga bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik kita, seperti gangguan tidur, tekanan darah tinggi, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

Mengapa Kita Merasa Sulit Menolak Tugas dari Bos

Budaya Kerja

Kalau kita bicara soal budaya kerja, rasanya nggak bisa lepas dari yang namanya kompetisi dan produktivitas. Di banyak tempat kerja, ada semacam tekanan terselubung yang bikin kita merasa harus selalu "on" dan produktif setiap saat. Misalnya, kalau ada rekan kerja yang selalu terlihat sibuk dan sering lembur, kita jadi merasa harus mengikuti jejak mereka biar nggak ketinggalan. 

Ditambah lagi, ada semacam persepsi kalau sibuk itu sama dengan sukses. Nah, tekanan seperti inilah yang sering membuat kita sulit untuk mengatakan 'tidak' pada tugas tambahan. Kita khawatir kalau menolak, nanti kita bakal dianggap kurang produktif atau nggak sekompetitif rekan kerja lainnya.

Takut Dianggap Tidak Kompeten

Pernah nggak merasa takut dianggap nggak kompeten kalau menolak tugas dari bos? Ini juga salah satu alasan utama kenapa banyak dari kita yang akhirnya menerima tugas tambahan, meskipun sudah kewalahan. Ada ketakutan bahwa kalau kita bilang 'tidak', bos atau rekan kerja mungkin akan berpikir kalau kita nggak mampu atau nggak kooperatif. 

Padahal, menolak tugas tambahan sebenarnya adalah tanda bahwa kita tahu batas kemampuan diri kita sendiri dan sedang berusaha untuk menjaga kualitas kerja kita. Tapi ya, namanya juga manusia, perasaan takut dinilai negatif oleh orang lain memang sulit dihindari.

Hierarki dan Kekuasaan

Nah, yang satu ini juga nggak kalah penting: hierarki dan kekuasaan di tempat kerja. Dalam struktur organisasi, biasanya ada hierarki yang jelas antara atasan dan bawahan. Atasan punya kuasa untuk memberikan tugas dan menilai kinerja bawahan. Dalam konteks ini, banyak dari kita merasa nggak enak hati atau bahkan takut untuk menolak tugas yang diberikan oleh bos. 

Kita khawatir bahwa menolak tugas bisa berdampak negatif pada penilaian kinerja kita, atau lebih buruk lagi, bisa mempengaruhi karir kita di perusahaan tersebut. Hierarki ini seringkali membuat kita merasa harus selalu menerima tugas yang diberikan, meskipun sebenarnya kita sudah kewalahan.

Cara Elegan Mengatakan "TIdak"

Pentingnya Menolak Tugas Tambahan

Oke, sekarang kita masuk ke topik yang lebih seru: kenapa sih penting banget buat bisa bilang 'tidak' pada tugas tambahan? Kalau dipikir-pikir, kadang kita merasa sungkan atau nggak enak hati untuk menolak tugas dari bos, apalagi kalau bosnya minta tolong dengan baik-baik. Tapi, menolak tugas tambahan bukan berarti kita malas atau nggak profesional, lho. Justru sebaliknya, ini adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik kita.

Ketika kita terus menerus menerima tugas tambahan tanpa mempertimbangkan kapasitas kita, lama-lama beban kerja akan menumpuk. Nah, ini yang bisa jadi pemicu utama burnout. 

Dengan mengatakan 'tidak' pada tugas tambahan yang memang kita rasa nggak mampu atau sudah terlalu banyak, kita sebenarnya sedang melindungi diri kita sendiri dari risiko kelelahan yang berlebihan. Selain itu, ini juga membantu kita untuk tetap fokus dan produktif pada tugas-tugas yang memang menjadi prioritas kita.

Menolak tugas tambahan dengan cara yang elegan dan sopan juga bisa menunjukkan bahwa kita adalah karyawan yang tahu batasan diri dan mampu mengelola waktu dengan baik. Ini bukan hanya baik untuk diri kita sendiri, tapi juga bisa memberi contoh positif bagi rekan kerja lainnya.

Evaluasi Kapasitas Kerja Anda

Langkah pertama untuk bisa menolak tugas tambahan dengan elegan adalah dengan mengevaluasi kapasitas kerja kita saat ini. Coba deh, luangkan sedikit waktu untuk melihat daftar tugas yang sudah ada di tangan. Apakah kamu sudah merasa kewalahan? Apakah ada tugas-tugas yang mendekati deadline? Mengevaluasi beban kerja ini penting banget supaya kita bisa tahu kapan saatnya berkata 'tidak'.

Tipsnya, buat daftar prioritas dari semua tugas yang sedang kamu kerjakan. Kalau daftar ini sudah penuh dengan tugas-tugas penting dan mendesak, itu tanda kalau kamu benar-benar nggak mampu mengambil tugas tambahan. Selain itu, perhatikan juga kondisi fisik dan mental kamu. Kalau kamu sudah merasa lelah atau stres, itu juga sinyal bahwa kamu butuh jeda, bukan tambahan pekerjaan.

Bersikap Jujur dan Transparan

Kunci dari menolak tugas tambahan dengan cara yang elegan adalah bersikap jujur dan transparan. Jangan takut untuk mengungkapkan kapasitas kerja dan batasan yang kamu miliki. Bos kamu mungkin tidak menyadari betapa sibuknya kamu, jadi penting untuk menjelaskan situasi dengan jelas.

Contoh kalimat yang bisa digunakan:

  • "Saya ingin membantu, tapi saat ini saya sedang fokus menyelesaikan proyek A yang harus selesai minggu ini."
  • "Saat ini beban kerja saya cukup berat, dan saya khawatir jika mengambil tugas tambahan, hasil kerja saya tidak akan maksimal."

Dengan bersikap jujur, kamu menunjukkan bahwa kamu peduli dengan kualitas pekerjaan dan ingin memberikan yang terbaik.

Menggunakan Bahasa yang Positif

Saat menolak tugas, usahakan menggunakan bahasa yang positif dan konstruktif. Ini membantu agar pesan yang kamu sampaikan tidak terdengar negatif atau menolak mentah-mentah.

Contoh frase yang bisa digunakan:

  • "Saya senang bisa dipercaya untuk tugas ini, tapi sayangnya saat ini saya belum bisa mengambilnya karena sudah ada beberapa tugas yang harus saya selesaikan."
  • "Terima kasih atas kepercayaannya, namun saat ini saya harus fokus menyelesaikan proyek-proyek yang sudah ada di daftar tugas saya."

Dengan menggunakan bahasa yang positif, kamu tetap menunjukkan komitmen dan pengertian, meskipun harus menolak tugas tersebut.

Memberikan Alternatif

Kalau memungkinkan, coba berikan alternatif solusi (menyarankan rekan kerja lain yang mungkin bisa membantu atau mengerjakannya di waktu yang lebih sesuai). Ini menunjukkan bahwa kamu tetap mau membantu dan tetap berpikir solutif meskipun butuh penjadwalan yang lebih baik

Contoh kalimat yang bisa digunakan:

  • "Mungkin rekan kita, Budi, bisa membantu dengan tugas ini. Dia punya pengalaman yang relevan dan mungkin bisa menyelesaikannya dengan baik."
  • "Bagaimana kalau kita jadwalkan ulang tugas ini minggu depan? Saat itu saya punya lebih banyak waktu luang."

Dengan memberikan alternatif, kamu menunjukkan itikad baik dan tetap membantu mencari solusi. Dengan menawarkan waktu yang lebih sesuai, kamu tetap menunjukkan komitmen tanpa harus membebani diri sendiri.

 

Pentingnya Komunikasi Terbuka

Komunikasi yang baik dengan bos adalah kunci untuk menjaga hubungan kerja yang sehat dan produktif. Ketika kita punya hubungan yang baik dan terbuka dengan bos, banyak masalah bisa diatasi dengan lebih mudah. Jadi, bagaimana cara membangun komunikasi yang baik ini?

Pertama, jadilah orang yang proaktif. Jangan hanya menunggu bos yang datang ke kamu untuk berbicara. Jika ada sesuatu yang perlu dibahas, jangan ragu untuk mengajak bos berdiskusi.

Kedua, bersikaplah jujur dan terbuka tentang apa yang sedang kamu kerjakan, tantangan yang kamu hadapi, dan kemajuan yang sudah kamu capai. Bos akan lebih menghargai jika kamu bersikap transparan dan tidak menyembunyikan masalah.

Ketiga, jadilah pendengar yang baik. Dengarkan apa yang bos katakan, pahami sudut pandangnya, dan tunjukkan bahwa kamu menghargai pendapatnya. Ini akan membuat komunikasi jadi lebih dua arah dan saling menguntungkan. Terakhir, ciptakan momen-momen informal di mana kamu bisa berbicara dengan bos di luar konteks pekerjaan yang formal. Kadang, obrolan santai di pantry atau saat makan siang bisa membantu memperkuat hubungan dan memudahkan komunikasi di masa depan.

Selain itu, penting untuk memberikan update secara rutin tentang progres kerja kamu. Ini membantu bos untuk tetap mengetahui apa yang sedang kamu kerjakan dan bagaimana perkembangan tugas-tugas yang sudah diberikan. Dengan begitu, jika ada perubahan atau tambahan tugas, bos juga akan lebih memahami kapasitas dan beban kerja kamu saat ini.

Dengan menetapkan ekspektasi yang realistis dan jelas, kamu tidak hanya membantu diri sendiri untuk mengelola beban kerja dengan lebih baik, tetapi juga membantu bos untuk memahami batasan dan kemampuan kamu. Ini akan membuat proses menolak tugas tambahan menjadi lebih mudah dan diterima dengan baik.

***

Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan mental adalah hal yang sangat penting di dunia kerja yang serba cepat ini. Berani mengatakan 'tidak' pada tugas tambahan bukan berarti kita malas atau tidak kompeten, tapi justru menunjukkan bahwa kita tahu batas kemampuan diri sendiri dan ingin memberikan hasil yang terbaik. 

Dengan mengevaluasi kapasitas kerja, bersikap jujur dan transparan, menggunakan bahasa yang positif, memberikan alternatif, serta menawarkan waktu yang lebih sesuai, kita bisa menolak tugas tambahan dengan cara yang elegan dan tetap menjaga hubungan baik dengan bos. 

Komunikasi yang terbuka dan menetapkan ekspektasi yang jelas juga membantu kita untuk mengelola beban kerja dengan lebih baik dan menghindari burnout. Ingat, menjaga kesehatan mental dan fisik adalah investasi terbaik untuk masa depan karir kita. Jadi, jangan takut untuk berkata 'tidak' demi kebaikan diri sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun