Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perempuan di Garis Depan Transisi Energi Ramah Lingkungan

11 Juni 2024   18:29 Diperbarui: 16 Juni 2024   16:44 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Maria Telkes (sumber: culture.hu)

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak perempuan mengambil langkah konkret untuk mendukung transisi energi ramah lingkungan melalui kebiasaan konsumsi yang bijak. 

Misalnya, saya dan beberapa ibu rumah tangga yang saya kenal menggunakan peralatan rumah tangga hemat energi di rumahnya. Dengan memilih lemari es, mesin cuci, dan lampu LED yang efisien, kami tidak hanya berusaha mengurangi tagihan listrik keluarganya, tetapi juga mengurangi jejak karbon mereka. Langkah sederhana ini juga berkontribusi pada pengurangan penggunaan energi fosil yang merusak lingkungan.

Selain praktik di rumah tangga, peran perempuan dalam mendidik dan meningkatkan kesadaran lingkungan juga sangat signifikan. Seorang guru sekolah menengah bernama Bu Maya, misalnya, mengajarkan pentingnya energi terbarukan kepada murid-muridnya. 

Bu Maya menggunakan berbagai metode pembelajaran, termasuk eksperimen langsung dengan panel surya mini dan tur ke fasilitas energi terbarukan, untuk memperkenalkan konsep energi bersih kepada generasi muda. 

Dengan pendidikan ini, Bu Maya menanamkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan pada siswa-siswinya. Praktik serupa juga dilakukan di sekolah tempat saya bernaung saat ini. Guru mata pelajaran Geografi, Sosiologi, dan Fisika berkolaborasi membuat kegiatan proyek untuk murid yang mengangkat tema kesadaran lingkungan dan pencegahan bencana.

Paparan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki perempuan-perempuan yang juga terlibat dalam proses transisi energi berkelanjutan baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun skala ibu rumah tangga.

Tantangan dan Peluang

Hambatan yang Dihadapi Perempuan

Meskipun kontribusi perempuan dalam transisi energi ramah lingkungan sangat penting, mereka masih menghadapi berbagai hambatan. Salah satu hambatan utama adalah kurangnya akses ke pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi energi. 

Banyak perempuan di berbagai belahan dunia tidak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar tentang teknologi energi terbarukan, sehingga membatasi partisipasi mereka dalam sektor ini. Misalnya, di beberapa negara berkembang, perempuan sering kali tidak memiliki akses ke program pelatihan teknis yang dapat membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk bekerja di bidang energi terbarukan.

Selain itu, stereotip gender yang mengakar kuat sering kali menghambat kemajuan karier perempuan di sektor energi. Stereotip bahwa pekerjaan di bidang energi adalah "pekerjaan laki-laki" membuat banyak perempuan merasa tidak didukung atau bahkan dihalangi untuk memasuki dan berkembang dalam karier ini. Hal ini sering terlihat dalam bentuk kurangnya representasi perempuan di posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan di perusahaan energi.

Peran Oxfam Membuka Peluang untuk Pemberdayaan

Oxfam, sebagai organisasi global yang berfokus pada pengentasan kemiskinan dan ketidakadilan, mempromosikan transisi energi yang adil sebagai bagian penting dari agenda keberlanjutan. Dalam konteks ini, transisi energi adil berarti memastikan bahwa perubahan dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan dilakukan dengan cara yang inklusif dan adil, terutama bagi masyarakat yang paling rentan. Oxfam menekankan bahwa transisi ini harus mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi, serta menjamin bahwa komunitas yang selama ini bergantung pada industri fosil mendapatkan dukungan yang memadai untuk mengembangkan keterampilan baru dan menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan.

Peran perempuan dalam transisi energi yang adil menjadi salah satu fokus utama Oxfam. Oxfam percaya bahwa perempuan, terutama di komunitas yang terkena dampak perubahan iklim, harus menjadi pusat dari upaya transisi energi ini. Mereka mendorong kebijakan yang memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait energi dan menyediakan akses yang setara ke sumber daya serta peluang ekonomi. Oxfam juga mendukung inisiatif yang meningkatkan keterampilan perempuan dalam teknologi energi terbarukan dan mendorong kewirausahaan perempuan di sektor energi hijau, sehingga mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pemimpin dalam transformasi energi global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun