Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perempuan di Garis Depan Transisi Energi Ramah Lingkungan

11 Juni 2024   18:29 Diperbarui: 16 Juni 2024   16:44 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
EllysaHo | Credit: Getty Images/iStockphoto 

Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan pentingnya transisi menuju energi ramah lingkungan semakin meningkat. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan mendorong masyarakat global untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi. 

Energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, menjadi fokus utama dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang merusak lingkungan. 

Dalam konteks ini, peran perempuan menjadi sangat penting. Perempuan tidak hanya menjadi pengguna energi, tetapi juga penggerak inovasi, pemimpin kebijakan, dan pendidik dalam komunitas mereka. Mereka memainkan peran vital dalam berbagai sektor, termasuk energi terbarukan, yang sering kali tidak mendapat sorotan yang layak.

Artikel ini bertujuan untuk menyoroti kontribusi perempuan dalam proses transisi energi ramah lingkungan. Dengan memberikan contoh nyata dari kehidupan sehari-hari, artikel ini ingin menunjukkan bagaimana perempuan, dari berbagai latar belakang dan peran, berada di garis depan dalam upaya mewujudkan energi berkelanjutan. Bagaimana perempuan memimpin perubahan, menghadapi tantangan, dan menciptakan peluang untuk masa depan yang lebih hijau dan adil?

Peran Perempuan 

Perempuan memainkan peran penting dalam inovasi dan pengembangan teknologi energi terbarukan. Melansir dari laman stmarys.sa.edu.au, salah satu contoh ilmuwan bernama Dr. Maria Telkes, yang dikenal sebagai "The Sun Queen" atau "Ibu Energi Surya". Dr. Telkes mengembangkan teknologi panel surya efisien yang digunakan dalam berbagai aplikasi, dari rumah tangga hingga industri. Karyanya membantu membuka jalan bagi penggunaan energi matahari yang lebih luas dan efisien.

Dr. Maria Telkes (sumber: culture.hu)
Dr. Maria Telkes (sumber: culture.hu)

Melansir dari laman energiterbarukan.org, krisis iklim telah menjadi isu mendesak untuk berbagai negara di dunia, dan tujuan pembangunan berkelanjutan menjadi agenda global untuk mengatasi dampak krisis iklim dan memastikan keberlanjutan bumi. Pada tahun 2020, IESR menyelenggarakan Pojok Energi Sustainable Ladies yang mengundang 6 perempuan dari berbagai latar belakang untuk berbagi kisah kontribusi mereka dalam isu keberlanjutan. 

Keenam narasumber tersebut adalah Ratna Susianawati, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi Pembangunan Kementerian PPPA; Tirza R. Munusamy, Deputy Director of Public Affairs Grab Indonesia; Lia Zakiyyah, Climate Leader Indonesia Climate Reality Project; Mike Verawati, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia; Chandra Kirana, Pendiri dan Direktur Yayasan Sekar Kawung dan Hapsari Damayanti, Patriot Energi Angkatan II, Program Officer Sustainable Energy Access, IESR.

Dari dunia kampus, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melahirkan inovasi energi terbarukan. Mereka merancang "Mikrohidro", alat pembangkit listrik menggunakan tenaga air dan surya (hybrid). Alat tersebut merupakan karya tim mahasiswa Eco Campus, FMIPA. Ketua tim, Natasyah Valencia Nilafah Gea mengatakan bahwa alat yang mereka buat menggabungkan antara tenaga mikrohidro yang memanfaatkan debit air dengan tenaga surya.

Tim eco campus (sumber: www.unesa.ac.id )
Tim eco campus (sumber: www.unesa.ac.id )

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak perempuan mengambil langkah konkret untuk mendukung transisi energi ramah lingkungan melalui kebiasaan konsumsi yang bijak. 

Misalnya, saya dan beberapa ibu rumah tangga yang saya kenal menggunakan peralatan rumah tangga hemat energi di rumahnya. Dengan memilih lemari es, mesin cuci, dan lampu LED yang efisien, kami tidak hanya berusaha mengurangi tagihan listrik keluarganya, tetapi juga mengurangi jejak karbon mereka. Langkah sederhana ini juga berkontribusi pada pengurangan penggunaan energi fosil yang merusak lingkungan.

Selain praktik di rumah tangga, peran perempuan dalam mendidik dan meningkatkan kesadaran lingkungan juga sangat signifikan. Seorang guru sekolah menengah bernama Bu Maya, misalnya, mengajarkan pentingnya energi terbarukan kepada murid-muridnya. 

Bu Maya menggunakan berbagai metode pembelajaran, termasuk eksperimen langsung dengan panel surya mini dan tur ke fasilitas energi terbarukan, untuk memperkenalkan konsep energi bersih kepada generasi muda. 

Dengan pendidikan ini, Bu Maya menanamkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan pada siswa-siswinya. Praktik serupa juga dilakukan di sekolah tempat saya bernaung saat ini. Guru mata pelajaran Geografi, Sosiologi, dan Fisika berkolaborasi membuat kegiatan proyek untuk murid yang mengangkat tema kesadaran lingkungan dan pencegahan bencana.

Paparan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki perempuan-perempuan yang juga terlibat dalam proses transisi energi berkelanjutan baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun skala ibu rumah tangga.

Tantangan dan Peluang

Hambatan yang Dihadapi Perempuan

Meskipun kontribusi perempuan dalam transisi energi ramah lingkungan sangat penting, mereka masih menghadapi berbagai hambatan. Salah satu hambatan utama adalah kurangnya akses ke pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi energi. 

Banyak perempuan di berbagai belahan dunia tidak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar tentang teknologi energi terbarukan, sehingga membatasi partisipasi mereka dalam sektor ini. Misalnya, di beberapa negara berkembang, perempuan sering kali tidak memiliki akses ke program pelatihan teknis yang dapat membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk bekerja di bidang energi terbarukan.

Selain itu, stereotip gender yang mengakar kuat sering kali menghambat kemajuan karier perempuan di sektor energi. Stereotip bahwa pekerjaan di bidang energi adalah "pekerjaan laki-laki" membuat banyak perempuan merasa tidak didukung atau bahkan dihalangi untuk memasuki dan berkembang dalam karier ini. Hal ini sering terlihat dalam bentuk kurangnya representasi perempuan di posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan di perusahaan energi.

Peran Oxfam Membuka Peluang untuk Pemberdayaan

Oxfam, sebagai organisasi global yang berfokus pada pengentasan kemiskinan dan ketidakadilan, mempromosikan transisi energi yang adil sebagai bagian penting dari agenda keberlanjutan. Dalam konteks ini, transisi energi adil berarti memastikan bahwa perubahan dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan dilakukan dengan cara yang inklusif dan adil, terutama bagi masyarakat yang paling rentan. Oxfam menekankan bahwa transisi ini harus mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi, serta menjamin bahwa komunitas yang selama ini bergantung pada industri fosil mendapatkan dukungan yang memadai untuk mengembangkan keterampilan baru dan menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan.

Peran perempuan dalam transisi energi yang adil menjadi salah satu fokus utama Oxfam. Oxfam percaya bahwa perempuan, terutama di komunitas yang terkena dampak perubahan iklim, harus menjadi pusat dari upaya transisi energi ini. Mereka mendorong kebijakan yang memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait energi dan menyediakan akses yang setara ke sumber daya serta peluang ekonomi. Oxfam juga mendukung inisiatif yang meningkatkan keterampilan perempuan dalam teknologi energi terbarukan dan mendorong kewirausahaan perempuan di sektor energi hijau, sehingga mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pemimpin dalam transformasi energi global.

Baca juga: Program yang telah dan sedang dilakukan Oxfam

Program-program ini membantu perempuan mengembangkan keterampilan kepemimpinan, membangun jaringan profesional, dan mendapatkan kesempatan untuk naik ke posisi kepemimpinan. Dengan mendukung perempuan melalui berbagai inisiatif ini, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada kesetaraan gender tetapi juga memperkuat tim mereka dengan perspektif yang lebih beragam dan inovatif.

Kesimpulannya, peran perempuan dalam transisi menuju energi ramah lingkungan tidak bisa diabaikan. Mereka berada di garis depan, baik melalui inovasi teknologi, kepemimpinan, maupun tindakan sehari-hari yang mendukung keberlanjutan. 

Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang, perempuan terus menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan pendorong dalam menciptakan masa depan yang lebih bersih dan hijau. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk terus mendukung dan memberdayakan perempuan di sektor energi. 

Dengan kerjasama dan komitmen kolektif, kita dapat memastikan bahwa transisi energi berkelanjutan tercapai, membawa manfaat tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesetaraan gender dan keadilan sosial. Bersama-sama, kita dapat membangun dunia yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun