Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Power of Afirmasi Positif

19 Januari 2023   09:59 Diperbarui: 20 Januari 2023   10:34 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diam, menunduk, dan bicara saat ditanya saja, itulah sebagian besar sikap siswa di kelas saat pertemuan pertama. Entah karena takut dengan saya atau memang belum merasa nyaman dengan saya karena baru pertama kali mengajar mereka di kelas 11. Jujur saja, saya lebih suka jika suasana kelas “ramai” dengan tanya jawab siswa dan banyaknya langkah saya yang tercatat pada jam kesehatan yang melingkar di pergelangan tangan kiri saya (minimal 2000 langkah setiap 2 jam pelajaran..he..he).

Kenapa? karena dalam setiap pertemuan, saya sering memberi kegiatan yang melibatkan semua siswa untuk berkolaborasi sehingga mereka pasti akan sibuk saling berdiskusi. Saat siswa sibuk dengan kegiatannya, saya akan berkeliling mengunjungi tiap kelompok untuk menanyakan progress dan terkadang turut dalam diskusi yang mereka lakukan.

Terinspirasi dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai sikap membimbing yang harus dimiliki seorang guru dan juga dari buku Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan karya Bobbi DePorter yang pernah saya baca beberapa tahun silam mengenai AMBAK, siswa akan lebih mudah menyerap fakta, konsep, prosedur dan prinsip sebuah ilmu jika disajikan dengan cara yang menyenangkan dan berkesan. 

Pola tersebut terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku. Guru berperan sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan tersebut. Sebagai pengajar mata pelajaran Kimia dengan berbagai kompleksitas materinya, saya berharap siswa bisa tetap antusias dalam proses pembelajaran. Saya juga berharap siswa dapat mengambil manfaat ilmu pengetahuan Kimia bagi kehidupan sehari-hari dan juga mampu menumbuhkan sikap belajar positif seperti disiplin, pantang menyerah, kolaborasi, dan kejujuran.

Untuk mencapai harapan sikap belajar positif dan memanusiakan hubungan, saya menyimpulkan bahwa siswa butuh dipahami kebutuhannya akan suasana kelas yang kondusif dan pemberian afirmasi positif di awal pembelajaran. Sepertinya langkah awal yang harus saya lakukan adalah mengubah mindset atau pola pikir dari “Kimia itu sulit” menjadi “Kimia itu mudah dan menyenangkan”. 

Untuk bisa menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan, saya berharap bisa menumbuhkan komunikasi efektif dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memastikan penyampaian informasi sampai dengan sebaik mungkin. Komunikasi efektif ini bukan hanya antar guru-siswa, tapi juga antar siswa-siswa.

Berikut dua hal sederhana yang saya coba lakukan sebelum memulai pelajaran dan juga di sela proses pembelajaran:

1. Stimulasi.

Mengawali pembelajaran dengan memberi pertanyaan seputar keseharian siswa (diluar konteks pembelajaran Kimia). Kegiatan ini dilakukan maksimal 15 menit saja untuk “mengikat” perhatian siswa.

Berikut beberapa contoh pertanyaan yang pernah saya ajukan sebagai stimulus:

- “Kamu terlihat bersemangat sekali pagi ini, sarapan apa hari ini?” (ditanya secara acak ke beberapa siswa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun