Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatasi Kekerasan di Sekolah

23 Oktober 2024   13:08 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:14 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali, korban kekerasan di sekolah takut melaporkan kejadian karena khawatir akan pembalasan atau tidak dipercaya. Pemerintah harus menyediakan saluran pelaporan yang aman dan mudah diakses oleh siswa. Pelaporan anonim dan layanan bantuan psikologis gratis dapat membantu korban merasa lebih aman untuk berbicara.

3. Hukuman yang Tegas dan Transparan  

Dalam beberapa kasus, pelaku kekerasan seksual di sekolah mendapat hukuman yang terlalu ringan atau bahkan dilindungi oleh institusi. Pemerintah harus menerapkan kebijakan zero tolerance, di mana setiap kasus kekerasan seksual atau fisik ditangani dengan tegas dan transparan, tanpa pandang bulu.

4. Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat 

Peran orang tua sangat penting dalam mencegah kekerasan di sekolah. Pemerintah harus memperkuat kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman. Orang tua perlu dilibatkan dalam program-program sekolah dan diberi pemahaman tentang pentingnya mendukung anak-anak mereka secara emosional dan psikologis.

5. Penguatan Peran KPAI dan Lembaga Perlindungan Anak 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus diberi wewenang lebih besar untuk menindak setiap laporan kekerasan di sekolah, terutama di pesantren. Lembaga-lembaga ini perlu diperkuat, baik dari segi anggaran maupun jumlah personel, untuk bisa merespons kasus kekerasan dengan cepat dan tepat.

Kesimpulan

Kekerasan di sekolah merupakan masalah serius yang berulang, yang memerlukan perhatian segera dari semua pihak. Kasus-kasus kekerasan seksual di pesantren menunjukkan betapa rentannya anak-anak terhadap penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan pendidikan.

Belajar dari negara lain seperti Jepang, Swedia, dan Amerika Serikat, Indonesia dapat menerapkan kebijakan yang lebih proaktif dan tegas untuk mencegah dan menangani kekerasan di sekolah.

Pemerintah Indonesia harus segera mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki sistem pelaporan, meningkatkan pendidikan karakter, dan memastikan bahwa setiap kasus kekerasan di sekolah ditangani secara transparan dan tegas. Dengan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan pemerintah, kekerasan di sekolah dapat dicegah, dan anak-anak dapat belajar di lingkungan yang aman dan mendukung.(KH.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun