Penggunaan kata-kata dan simbol sebagai alat penghinaan melampaui batasan bahasa. Kasus-kasus seperti fatwa Salman Rushdie, pembunuhan Samuel Paty, dan pernyataan Rocky Gerung menunjukkan bahwa penghinaan simbolik dapat memiliki dampak sosial, politik, dan emosional yang sangat serius. Dalam konteks ini, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat kekuasaan yang dapat membentuk hubungan sosial dan memperkuat dinamika kekuasaan.
Pada akhirnya, penting bagi kita untuk memahami bahwa makna simbolis di balik kata-kata dan tindakan sangat kompleks, dan bahwa respon kita terhadap penghinaan tersebut sering kali sangat dipengaruhi oleh identitas sosial kita. Kasus-kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya berkomunikasi dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab tentang dampak simbolis dari kata-kata yang kita gunakan, dan bagaimana kata-kata tersebut dapat memperkuat atau meruntuhkan hubungan sosial yang ada. Ajing, Babi, dan Bajingan  adalah kata-kata yang sebenarnya netral tapi dalam konteks budaya tertentu ia menjadi simbol-simbol penghinaan yang sangat keras dan menyakitkan. Ini seperti campuran dua zat kimia. Dalam dua wadah yang terisolasi zat tersebut tidak berbahaya. Tapi ketika dicampur dalam kadar tertentu bisa menimbulkan ledakan dahsyat yang mengakibatkan malapetaka. (KH )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H