Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme Pertahanan Diri Psikologis Berubah Menjadi Racun

16 Oktober 2024   10:49 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kamu perhatikan, tanpa disadari, kita semua menggunakan mekanisme ini di berbagai momen kehidupan sehari-hari.

Saat kita tidak mau mengakui bahwa kita sedang merasa cemburu atau marah, kita mungkin akan berkata, "Aku tidak marah, hanya saja aku merasa sedikit kesal." Itu adalah contoh dari **rasionalisasi**.

Begitu juga ketika kita mengalami tekanan di tempat kerja, tetapi kita tidak mampu mengekspresikannya kepada bos atau rekan kerja. Alih-alih, kita melampiaskan frustrasi tersebut dengan membentak orang di rumah, entah itu pasangan, anak, atau bahkan hewan peliharaan. Ini adalah contoh nyata dari **pengalihan**.

Namun, apa yang terjadi ketika mekanisme-mekanisme ini digunakan terlalu sering atau dalam intensitas yang berlebihan?

Ketika Mekanisme Pertahanan Menjadi Racun

Di sinilah masalah dimulai. Saat kita secara terus-menerus menggunakan mekanisme pertahanan untuk menghindari menghadapi perasaan atau situasi yang sulit, kita tidak hanya merugikan diri kita sendiri, tetapi juga dapat merugikan orang-orang di sekitar kita. Misalnya:

Proyeksi berlebihan

 Kita selalu menyalahkan orang lain atas kesalahan atau perasaan kita, dan hal ini bisa membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi tegang. Orang-orang di sekitar kita mungkin merasa disalahkan atau direndahkan tanpa alasan yang jelas.

Penolakan

 Jika kita terus-menerus menolak untuk menghadapi kenyataan, kita mungkin akan terjebak dalam situasi yang berbahaya atau merugikan. Sebagai contoh, seorang pecandu alkohol yang selalu menyangkal bahwa ia memiliki masalah, bisa saja kehilangan hubungan, pekerjaan, atau bahkan kesehatan fisiknya karena penolakan tersebut.

Rasionalisasi berlebihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun