Arya terkejut dan terdiam sejenak. "Siapa orang itu?" tanyanya dengan suara bergetar.
Dini menggeleng, "Dia tidak pernah memberitahuku. Tapi aku bisa melihat ada penyesalan di matanya saat bercerita."
Mendengar itu, hati Arya semakin hancur. Ia tahu bahwa orang yang dimaksud Nisa adalah dirinya. Penyesalan itu semakin dalam, mengetahui bahwa perasaan mereka sebenarnya saling berbalas, namun ketakutan dan keraguan telah menghalangi mereka.
Arya berjalan pulang dengan hati yang berat. Di taman yang sepi, ia duduk di bangku, merenungi semua kesalahan dan keputusan yang telah diambil. Ia tahu bahwa waktu tidak bisa diputar kembali, dan penyesalan ini akan terus menghantuinya.
"Seandainya aku berani dulu, semua ini mungkin akan berbeda," gumamnya pelan sambil menatap langit senja yang mulai gelap.
Namun, penyesalan tidak mengubah apa pun. Arya tahu bahwa ia harus menerima kenyataan dan mencoba melanjutkan hidupnya, meski bayang-bayang cinta pertama itu tak pernah benar-benar hilang dari hatinya. (KH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H