Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustadz Somid, dari Pesantren ke Penjara

29 September 2024   06:14 Diperbarui: 29 September 2024   06:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sementara itu, di pesantren yang kini terbengkalai, para santri semakin merasakan kehilangan bimbingan dari Somid. Pesantren yang dulu ramai dengan pengajian kini sepi, dan guru-guru pengganti yang ditunjuk tidak memiliki kharisma yang sama seperti Somid.

"Ustadz Somid berubah sejak masuk politik," kata Ahmad kepada teman-temannya suatu sore setelah mereka selesai mengaji.

"Iya, dulu dia mengajarkan kita untuk hidup sederhana, tapi lihatlah sekarang. Apa yang dia ajarkan sudah tidak sejalan dengan apa yang dia lakukan," jawab seorang santri lain dengan nada sedih.

"Kita harus bagaimana? Pesantren ini semakin sepi," kata yang lain. "Ustadz Somid terlalu sibuk dengan urusan politiknya. Pesantren ini sudah tak jadi prioritas lagi."

Somid tidak sadar bahwa di balik kehidupannya yang glamor, KPK dan lembaga pelacak transaksi keuangan sudah mulai mengendus gaya hidup mewahnya yang tidak sesuai dengan penghasilan resminya sebagai anggota DPR. Setiap transaksi mencurigakan di rekeningnya dipantau, dan setiap mobil mewah yang dibelinya semakin menarik perhatian.

Pada suatu pagi, berita tentang skandal korupsi Somid mulai mencuat di berbagai media. Televisi, koran, dan media sosial dipenuhi berita tentang "calo" APBN yang selama ini beroperasi di balik layar. Nama Somid menjadi perbincangan publik. Anak-anak dan istrinya, yang dulu menikmati kemewahan, kini ketakutan dan bersembunyi dari sorotan media.

"Pak, bagaimana ini? Apa yang akan terjadi pada kita?" tanya Siti dengan suara bergetar saat mereka duduk di ruang tamu yang sunyi.

Somid hanya bisa menunduk. "Kita harus kuat, Bu. Semua ini hanya ujian."

"Tapi mereka bilang Bapak korupsi. Bapak kan selalu bilang bahwa semua ini rezeki dari Tuhan," kata Siti, mencoba mencari pembenaran.

"Bu... mereka tidak mengerti. Semua ini akan berlalu," jawab Somid, meskipun dalam hatinya ia tahu bahwa akhir dari semuanya sudah dekat.

Tak lama kemudian, penyelidikan resmi dilakukan, dan Somid ditangkap. Ia berusaha menggunakan berbagai alasan, mengklaim bahwa ia adalah korban dari sistem, dan bukan aktor intelektual di balik skandal korupsi yang melibatkan dana triliunan rupiah. Namun, semua jurus yang ia gunakan sia-sia. Bukti-bukti transaksi tidak wajar dan gaya hidup mewahnya sudah terlalu jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun