Ternyata sayalah satu-satunya peserta tur hari itu, sehingga saya sempat khawatir tur akan dibatalkan. Namun Olesya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa tur akan berlangsung sesuai rencana walaupun hanya saya pesertanya. Sungguh profesional! Padahal tur ini gratis, dan tidak ada jaminan bahwa saya akan memberikan tips nantinya. Bahkan perusahaan tur berbayar pun banyak yang menunda atau membatalkan tur kalau jumlah peserta tidak memenuhi kuota.
Tur dimulai dengan penjelasan singkat mengenai Lviv. Menurut Olesya, keseluruhan kawasan kota tua Lviv merupakan salah satu Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO, di samping Katedral St. George, yang berusia 256 tahun dan terletak di luar pusat kota.Â
Olesya juga menjelaskan bahwa Lviv terkenal dengan restoran-restoran tematiknya yang unik dan menarik. Selain itu, juga terkenal akan tiga komoditas utama, yaitu kopi, cokelat, dan bir (salah satu produsen bir terkemuka di sini, Pravda Beer Theater, juga berlokasi di alun-alun ini).
Pemberhentian pertama kami adalah balai kota yang terletak di tengah-tengah Rynok Square. Gedung balai kota ini ternyata masih berfungsi, berbeda dengan di banyak kota lain di Eropa, di mana balai kota yang terletak di kota tua biasanya sudah beralih fungsi menjadi museum atau tempat wisata lainnya.Â
Memang di Lviv, kawasan kota tua bisa dikatakan masih menjadi pusat kota atau pusat aktivitas masyarakatnya.
Menurut Olesya, Lviv memiliki motto yang kurang lebih bunyinya, "Kota yang membuka gerbang bagi dunia" dan ini tercermin, misalnya, dari gedung balai kota yang terbuka bagi siapa pun tanpa penjaga. Gedung balai kota ini juga memiliki sebuah menara, di mana kita dapat menikmati pemandangan di sekitar kota tua.Â
Yang menarik, di balai kota ini juga terdapat beberapa poster iklan tentang kesempatan berinvestasi dengan tautan berupa QR code. Saya tidak tahu apakah di Tanah Air hal seperti ini sudah lumrah, namun patut ditiru.
Baik di balai kota maupun di sekitar kawasan kota tua itu sendiri, konon terdapat lebih dari 3000 ornamen bernuansa singa (dari patung, ukiran, hingga tempat sampah). Ternyata Lviv sendiri kalau diterjemahkan memang berarti Kota Singa (sama dengan "Singapura").Â
Menurut sejarah, nama ini diambil dari nama putra tertua raja pertama Ruthenia, Daniel dari Galicia, yaitu Leo/Lev I (1228 - 1301), yang menerima kota ini sebagai hadiah pernikahan dari ayahnya.
Di masa lalu, kota ini dibagi menjadi empat bagian (quarters) sesuai dengan komunitas yang mendiaminya, yaitu Ukraina, Polandia, Armenia, dan Yahudi. Setiap komunitas juga memiliki pemerintahannya sendiri, walaupun kesemuanya tetap berada di bawah pemerintah pusat kota.