Normalnya, jaringan lemak memiliki aliran darah sekitar 2-3 ml/100 gram/menit pada kondisi istirahat dan dapat meningkat hingga 10 kali lipat. Sedangkan pada penderita obesitas, peningkatan jumlah jaringan lemak meningkat sehingga aliran darah ke jaringan lemak berkurang. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara aliran darah dan jumlah lemak. Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah peningkatan aliran darah yang keluar dari jantung dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan lemak.
Peningkatan aliran darah berarti peningkatan usaha jantung untuk memompa darah. Hal ini menyebabkan pelebaran pada ventrikel kiri dan antrium kirijantung karena jantung kita mencoba untuk mengimbangi aliran darah yang keluar dan masuk jantung. Hasilnya, kemampuan jantung untuk memompa darah semakin lama akan semakin melemah, dan pemompaan yang lemah menyebabkan aliran darah berkurang sehingga tidak sesuai lagi dengan yang dibutuhkan oleh jaringan.
Selain itu, alasan lainnya adalah terdapatnya peningkatan PAT (Perivascular Adipose Tissue) di ujung-ujung tubuh. Sedangkan PAT berfungsi untuk mengatur sirkulasi mikro yang berperan pada tekanan darah. Dengan meningkatnya PAT, Â produksi senyawa yang mempengaruhi sinyal untuk mengatur otot pembuluh darah pun akan meningkat. Alhasil, pembuluh darah akan menyempit dan tekanan darah akan meningkat.
Aliran darah berkurang, pembuluh dara menyempit, tekanan darah meningkat, akan menyebabkan serangan jantung. Itulah mengapa orang obesitas kebanyakan mengidap penyakit serangan jantung.
Jadi kesimpulannya, orang yang memiliki kolesterol normal sebagian besar juga bisa terserang serangan jantung. Karena serangan jantung tidak hanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner (yang disebabkan oleh kolesterol tinggi), tapi juga oleh faktor-faktor lainnya seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H