Mohon tunggu...
kristanto budiprabowo
kristanto budiprabowo Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup berbasis nilai

Appreciator - Pendeta - Motivator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masyarakat Komunal?

23 September 2015   13:38 Diperbarui: 4 April 2017   17:58 4705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin dulu yang berperan aktif sebagai pewarta nilai-nilai yang berkembang di masyarakat adalah para empu, para bijak, para orang berpendidikan (yang bukan sekedar penyandang gelar panjang), para rohaniawan-berhati-berilmu (mohon maaf harus perlu ditegaskan seperti ini), yang berinteraksi langsung-nyata-partisipatif dengan alam, manusia lain dan fenomena sosial (konteks yang mudah dimanipulasi oleh pewarta palsu).

Pewarta nilai semacam ini dengan mudah bisa dirasakan ketulusannya, keprihatinannya, empatinya, dan niat terbaik dimana hidupnya dicurahkan. Oleh karenanya, pewarta semacam inilah yang sangat dihormati-didengar-diajak diskusi-dikritisi oleh masyarakat. Tidak jarang pewarta semacam ini harus dicari terselip ditengah-tengah kampung sangat sederhana, dipinggiran kota, didalam padepokan di antara buku dan ilmu, di dalam hutan atau pantai sepi. 

Fungsi pewarta nilai adalah untuk menegaskan, meyakinkan, dan memastikan bahwa para pendengarnya memiliki kesediaan dan kesempatan untuk berfleksi, berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai keluhuran itu. Para pewarta ini nyata bukan saja secara fisik, namun bisa jadi secara ide-gagasan-pemikiran yang selalu relevan dan berpusat pada kesadaran kemanuasiaan yang hidup dalam satu bumi bersama dengan segala macam makhluk yang lain.

Dalam konteks dunia yang sistematika hidup bahkan segala aset-asetnya terkontrol-terpusat-terkuasai oleh piramida tidak adil, para pewarta yang asli tersingkir oleh pasar pendidikan, media, dan koalisi politik-ekonomi yang menggila. Celakanya ketiganya kadanga berkolaborasi dan memposisikan dirinya sebagai pewarta tunggal, lengkap dengan sanksi dan ancaman.

Mahasiswa (ilmuan calon otaknya masa depan peradaban) pertanian yang berani mempertanyakan kelicikan Mosanto berkamuflase berada aman di dalam pusat-pusat penelitian pertanian, para team penyuluh pertanian, dan para pengambil kebijakan pertanian, akan terancam kelulusannya.

Mahasiswa ilmu sosial, politik, hubungan internasional, dan segala jurusan humaniora, harus dengan gemetaran membaca karya-karya Karl Marx, Pramoedya, Tan Malaka dan sejenisnya, apalagi kalau sampai kutipannya ditampilkan untuk mempertanyakan sistem kekuasaan. 

Media juga sama saja. Berita adalah profit. Jangankan nilai kebenaran, nilai kejujuran sekalipun menjadi nomer kesekian jauh dibawah kebutuhan profit.

Mekanisme natural penerusan ilmu lewat lembaga pendidikan dan media yang cenderung telah kehilangan fungsi tanggungjawab publik profesionalitasnya inilah yang lantas menjadi lahan empuk diperalat oleh koalisi politisi dan korporasi untuk mengabarkan bahwa merekalah juru selamat dari segala problem kemanusiaan.

Sistem pendidikan, media, dan koalisi politisi dan korporasi inilah yang sekarang paling gencar menjadi pewarta. Mereka bahkan menyusun sistem keabsahan, mengontrol cara kerjanya, dan mengendalikan pesan-pesan apa yang perlu dan harus diketahui dan diyakini oleh masyarakat.

Lantas, ketika para pewarta asli telah tergantikan dan dikendalikan oleh para pewarta yang lebih full power seperti ini, apa jadinya pada sistem pemahaman dan praktek terhadap nilai komunal?

NILAI KOMUNAL VS INDIVIDUALISME

Atas nama nilai komunal, tidak jarang orang dengan mudah menghakimi dan mengutuk kreatifitas, inovasi, dan revolusi sikap personal sebagai egois, individualistis, dan tak tahu tata krama - budaya - tradisi - adat .... bla..bla..bla.. tetek bengek pembenar seolah nilai komunal itu pastilah benar dan paling menyelamatkan umat manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun