Caranya? Menurut Risky saat ini ia ingin bisa masuk universitas melalui “jalur undangan”. jalur yang membidik anak-anak berprestasi namun kurang mampu. Beruntung nilai rapor Riski cukup bagus, rata-rata 8,5. Risky ingin meningkatkan lagi di semester ini, agar bisa menembus jalur tersebut. Cuman saat ini yang menjadi kendala adalah kebutuhan akan perangkat belajar di sekolah.
“Sekolah sudah menerapkan kurikulum 13, jadi banyak tugas dan pelajaran mesti menggunakan power poin,” katanya.
[caption caption="Risky dengan teman sekolahnya saat kegiatan sekolah. (foto dokumen Risky)"]
[caption caption="Risky (berkacamata) dan teman-teman sekolahnya dalam sebuah kegiatan sekolah. (foto dokumen Risky)"]
Otomatis kebutuhan sarana komputer atau semacamnya menjadi vital. Pasalnya hampir semua mata pelajaran menggunakan metode presentasi menggunakan infokus. Sementara ini Risky ‘nebeng’ dengan temannya. Bahkan seringkali menginap untuk mengerjakan tugas sekolah itu.
“Pengen sih punya laptop atau komputer, untuk kerjain tugas. Juga untuk nulis-nulis. Saya suka nulis diary tentang keseharian saya,” katanya.
Risky pengen nulis di blog juga. Katanya dulu pernah punya blog. Namun sekarang sudah tak update lagi. Saat ini lebih banyak nulis 'curhatnya' di buku. Salah satu kendalanya adalah fasilitas internet yang butuh biaya. Semisal ke warnet tentu butuh ongkos juga.
Itulah sekelumit kisah Risky, dengan keterbatasan kondisi masih bersemangat bersekolah. Seorang anak muda ‘penggerak’ bersama OSIS yang dikomandaninya. Dan bercita-cita membahagiakan Ibunya kelak serta saudaranya.
Semoga apa yang menjadi niat baik Risky terkabulkan. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H