Kondisi iklim ini, yakni kemarau panjang sangat tidak mendukung profesi mayoritas masyarakat NTT sebagai petani. Inilah mengapa petani di NTT dianggap masyarakat kelas bawah dan profesi petani dianggap profesi yang tidak menjanjikan.Â
Hal ini karena menjadi petani di NTT merupakan pekerjaan yang sulit dan berat namun mendatangkan hasil yang tidak setimpal. Hal lain adalah petani di NTT hanya akan menanam 1 kali dalam satu tahun yaitu hanya pada musim hujan. Hal ini menyebabkan hasil tanam seperti jagung, padi dan umbi-umbian terkadang tidak cukup sampai musim panen selanjutnya.Â
Kekeringan ini juga menyebabkan akses terhadap zat gizi sangat terbatas terutama seperti sayur-sayuran hijau dan buah-buahan terutama di musim kemarau.Â
Sering ditemukan bahwa kebanyakan masyarakat hanya akan makan jagung atau nasi hanya dengan garam tanpa sayur. Sekedar untuk mengisi perut yang sedang lapar saja. Bagi penulis, kemarau panjang inilah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan stunting di NTT tertinggi hingga saat ini.Â
Persoalan ini sudah menjadi perhatian pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Jokowi. Hingga saat ini, terdapat 7 bendungan yang dibangun di NTT, tersebar di Pulua Timor, Flores dan Sumba.Â
Di Pulau Timor sendiri, ada 5 bendungan besar yang dibangun diantaranya adalah bendungan Raknamo, Manikin, Temef, Rotiklot dan rencananya bendungan Kolhua.Â
Semoga dengan pembangunan bendungan ini, persoalan kemarau panjang yang menjadi momok bagi petani NTT dapat diatasi. Jika persoalan air diatasi, diharapkan secara tidak langsung persoalan stunting dapat diatasi juga.Â
Kemiskinan dan pembangunan yang tidak merata
NTT merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan nomor 3 terbesar di Indonesia. Menurut penulis, kemiskinan ini juga sangat terkait dengan kemarau panjang yang diuraikan di atas.Â
Selain itu, kemiskinan terjadi sebagai akibat dari pembangunan yang kurang merata di NTT seperti infrastruktur jalan dan jembatan serta fasilitas dan layanan kesehatan dan pendidikan.Â
Kemiskinan inilah yang menyebabkan mayoritas masyarakat NTT tidak sanggup untuk mendapatkan sumber-sumber makanan yang mengadung zat gizi yang dibutuhkan. Harus diakui bahwa anak-anak yang mengalami stunting mayoritas bearasal dari keluarga miskin dan tingkat pendidikan yang rendah.Â
Pola pikir masyarakat tentang kebutuhan gizi
Harus diakui bahwa salah satu penyebab stunting di NTT adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang pola asuh anak dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan gizi anak yang seimbang.Â