Mohon tunggu...
Kostan D. F. Mataubenu
Kostan D. F. Mataubenu Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi Gado-gado

Suka olahraga sepak bola Memvaforitkan LIVERPOOL. . . Sesekali melirik politik

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peliknya Persoalan Stunting di Nusa Tenggara Timur

2 Februari 2022   22:06 Diperbarui: 3 Februari 2022   08:38 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memperhatikan bagian ini, maka kita akan menghasilkan generasi yang tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga secara mental dan kognitif. 

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa gizi seimbang tidak perlu lagi diperhatikan setelah 1000 hari pertama seorang anak. Keseimbangan gizi ini harus terus diperhatikan agar anak tetap tumbuh sehat secara jasmani dan cerdas secara intelektual. 

NTT merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling tinggi angka stuntingnya. Kepada Jawa Pos pada tanggal 26 Oktober 2021, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengatakan bahwa NTT merupakan penyumbang tertinggi angka stunting diikuti Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Gorontalo, Kalimantan Selatan, kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.  

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT dr. Meserasi Ataupah seperti yang dilansir dari Warta Sasando.com tanggal 10 September 2021 mengatakan bahwa persentase stunting di NTT menurun dalam 3 tahun terakhir dari 42,6% tahun 2018, 27,67% tahun 2020 dan menjadi 24,2% di tahun 2021. 

Meskipun demikian, ia mangatakan bahwa angkanya masih tinggi. Pengakuan ini menunjukkan bahwa salah satu persoalan sosial di NTT yang perlu diatasi adalah persoalan stunting. 

Penyebab utama stunting tentu adalah masalah keseimbangan gizi. Namun penyebab mengapa keseimbangan gizi anak tidak terpenuhi merupakan persoalan yang sangat kompleks dan berasal dari berbagai aspek seperti pendidikan, ekonomi, geografis, politik, iklim, pola perilaku, dan sebagainya. 

Hal ini berarti bahwa, penanganan stunting harus dilihat dari berbagai aspek dan melibatkan banyak pihak. Menurut hemat penulis, tingginya angka stunting di NTT disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah:

Kemarau Panjang di NTT

Tidak seperti daerah lain di Indonesia, mayoritas wilayah di NTT mengalami musim hujan dalam jangka waktu singkat yakni kurang lebih 3 bulan dalam setahun di akhir bulan Desember hingga pertengahan bulan Maret. 

Kondisi ini menyebabkan sebagian besar wilayah NTT mengalami kekeringan dalam waktu yang cukup lama. 

Menurut data BPS 2021, jumlah penduduk NTT yang berprofesi sebagai petani adalah sebesar 51,43% atau sebanyak 1,40 juta orang. Kita tentu tahu bersama bahwa air merupakan nadi di bidang pertanian. Artinya bahwa petani sangat bergantung pada ketersediaan air untuk mengairi tanaman. 

Ketersediaan air sangat menentukan hasil pertanian yang secara tidak langsung menetukan kesejahteraan para petani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun