Ayati hanya bergeming setelah menyerap semua yang dibicarakan oleh mereka. Mungkinkan lelaki yang menggairahkan itu berlaku demikian? Apa yang ada dalam pikirannya? Apakah hanya kesenangan semata? Ataukah hanya untuk memenuhi libido seksualnya? Dalam pikiran Ayati, tampak semuanya begitu samar-samar. Tetapi sebagai perempuan yang bebas dan merdeka, Ayati akan menentukan pilihannya. Apakah terbelenggu dengan pandangan orang lain, ataukah tetap mencintai dengan segala konsukuensinya. Ayati merasa berhak atas pikiran dan tubuhnya itu. Kini ayati begitu larut dengan pikirannya sendiri.
Lantas terdengar suara serak-serak basah menggema, begitu nyaring. Suara itu mampu memenuhi segala sudut ruangan. Semuanya sontak mendelik kepadanya. Lelaki yang diidamkan Ayati itu, tetap tenang dengan menenteng Al-Qur`an di tanganya. Matanya dipenuhi kepercayaan diri. Ia berdiri tegak, gagah dan berani. Kata-katanya terus melayang-layang. Ia mungkin paham betul dengan suatu pepatah, Anjing menggongong, kafilah berlalu.
“Lihatlah ia. Ia begitu manis bila dipandang. Iya kan, Rahma?” dengan spontan ia memuji sosok idamannya.
“Sudah kuduga. Kau pasti jatuh hati padanya!” Sahut Rahma sembari menengok raut wajah Ayati yang sedang riang gembira itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H